Dia menerangkan, Ganjar konsisten unggul atas Prabowo di kelompok pemilih kritis sejak November 2021 sampai survei saat ini.
Sementara itu saat Head to Head dengan Anies, Prabowo pun kalah. Dari hasil surveinya, kata Deni, Prabowo memperoleh 31,8 persen. Sementara itu Anies--yang notabene dimajukan Prabowo menjadi Gubernur DKI--mendapatkan 37,5 persen.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
Selain itu, sambung Deni, pihaknya menemukan bahwa elektabilitas Anies cenderung menguat dalam survei terakhir pihaknya.
"Dari November 2021 sampai survei terakhir 8 sampai 10 Februari 2022, Anies dan Prabowo terlihat bersaing ketat memperebutkan pemilih kritis jika yang bersaing hanya mereka berdua. Anies cenderung menguat dan dalam survei terakhir Anies unggul atas Prabowo," ucapnya.
Dia melanjutkan, Ganjar unggul saat berhadapan dengan Anies. Berdasarkan simulasi head to head, Ganjar mendapat dukungan 40,4 persen dari pemilih kritis, sedangkan Anies mendapatkan dukungan 34,6 persen.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
Namun, terdapat 25 persen responden belum menentukan pilihan dalam simulasi head to head antara Anies dengan Ganjar ini.
Sebagai informasi, hasil survei SMRC ini berbeda dengan hasil Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) yang diselenggarakan Litbang Kompas melalui wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi pada 17-30 Januari 2022.
Hasil survei Litbang Kompas yang berada pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian kurang lebih 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana itu menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo 26,5 persen, Ganjar 20,5 persen, dan Anies 14,2 persen.