WahanaNews.co, Jakarta - Pangi Syarwi Chaniago, pendiri Voxpol Center Research and Consulting, membeberkan fakta bahwa kemunculan nama Yusril sebagai calon wakil presiden potensial bagi Prabowo tak terjadi begitu saja.
Jika Ganjar memilih untuk berpasangan dengan Mahfud MD, maka Yusril dianggap sebagai pasangan yang sesuai untuk Prabowo.
Baca Juga:
Cak Imin Umumkan Periode 2024-2029 Terakhir Pimpin PKB
Parameter Strategi Indonesia melakukan survei pada periode 1-7 Oktober 2023 dengan menggunakan metode pemilihan acak multi tahap. Survei ini melibatkan 1.200 responden yang diwawancarai secara langsung dengan menggunakan kuesioner, dengan margin of error sekitar 2,83 persen.
Hasil dari survei Parameter Strategi Indonesia menunjukkan bahwa ada beberapa calon wakil presiden yang dianggap dekat dengan umat Islam sebagai calon pendamping Prabowo.
Di antaranya, Yusril Ihza Mahendra mencapai 19,6%, Erick Thohir 17,4%, Yenny Wahid 14,8%, Gibran Rakabuming Raka 10,7%, Airlangga Hartarto 8,3%, Agus Harimurti Yudhoyono 4,8%, dan sebanyak 24,4% tidak tahu atau tidak memilih.
Baca Juga:
Cak Imin Sebut Kehadiran Paus Jadi Pengingat Pembangunan Berkeadilan
Yusril memiliki latar belakang sebagai Ahli Tata Negara, yang serupa dengan Mahfud MD. Oleh karena itu, keduanya dianggap memiliki kesetaraan yang tinggi dan cocok menjadi mitra yang sepadan.
"Yusril memiliki kekuatan ahli hukum tata negara dan akan berhadapan pula dengan pakar hukum tata negara seperti Mahfud MD," ucap Pangi, mengutip Detik, Kamis (19/10/2023).
Pangi menambahkan baik Mahfud MD atau Yusril merupakan sosok yang memiliki pengalaman dan jam terbang sama banyaknya. Pun dengan kompetensi dan kapasitas keduanya yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Mereka sama-sama pakar dan profesor serta sama-sama punya pengalaman jam terbang yang sama. Kompetensi mereka juga bagus dan punya kapasitas yang sama pula," sebutnya.
Meski sama-sama ahli tata negara, Pangi melihat Yusril punya keunggulan. Menurut Pangi, Yusril merupakan tokoh politik dan menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB).
Hal itulah yang tak dimiliki Mahfud, pengalaman berpolitik dan memimpin kehidupan partai politik. Keunggulan Yusril tak hanya soal pengalaman berpolitik, tapi ada representasi tokoh luar pulau Jawa yang dimilikinya.
"Yusril adalah simulasi di luar Jawa dan itu sangat representatif karena Prabowo adalah Jawa dan itu sangat ideal. Sementara, Mahfud MD punya minus karena pasangan Jawa dengan Jawa, karena Ganjar juga dari Jawa," tutur Pangi.
Pangi mengatakan Yusril bisa menjadi pertimbangan bagi Koalisi Indonesia Maju (KIM). Pasangan Prabowo-Yusril bisa menjadi kekuatan yang pas baik di dalam dan di luar Jawa.
"Keduanya juga merupakan Guru Besar Hukum Tata Negara, Mahfud MD dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta dan Yusril Ihza Mahendra dari Universitas Indonesia. Hal ini sangat seru, 2 ahli tata negara bertarung dalam Pilpres 2024, pastinya akan padat akan gagasan ketatanegaraan nantinya jika hal ini terwujud," kata Pangi.
Salah satu temuan riset Voxpol, alasan pemilih dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat sebesar 67,6 persen, sementara pengaruh partai politik pengusungnya hanya sebesar 6,8 persen.
Itu artinya, pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur atau ketokohan kandidat, ketimbang partai politik pengusungnya.
"Dari data di atas, Yusril bisa saja nanti mundur dari ketua umum PBB agar bisa menjadi tokoh netral, tanpa sekat, lebih luwes, dan leluasa bergerak menjadi bagian representasi yang berdiri di atas semua kelompok, golongan dan kepentingan partai manapun," ujar Pangi.
Menakar untuk menjadi kantong suara, Pangi melihat Mahfud MD punya segmentasi pemilih dari kalangan Nahdatul Ulama (NU).
Pasalnya, massa NU dan PKB bisa terpecah karena tak semuanya akan memilih Muhaimin Iskandar yang menjadi cawapres dari Anies Baswedan.
"Massa NU dan PKB bisa terbelah dan mungkin itu pertimbangan (Ganjar) mengambil Mahfud, tetapi pertimbangan (Prabowo) mengambil Yusril merupakan pertimbangan bagaimana Indonesia butuh tokoh yang bersih dari korupsi dan punya pengalaman sebagai ahli tata negara," lanjut Pangi.
Menurut Pangi, jika Prabowo benar-benar berpasangan dengan Yusril sebagai calon wakil presiden, ini akan menghasilkan pertarungan politik yang berimbang.
Yusril dianggap sebagai sosok yang cocok untuk bersaing dengan pasangan Ganjar-Mahfud atau Anies-Cak Imin.
Survei yang dilakukan oleh Parameter Strategi Indonesia menunjukkan bahwa elektabilitas pasangan calon presiden Prabowo Subianto menjadi lebih menjanjikan jika dia berpasangan dengan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra.
Elektabilitas pasangan Prabowo-Yusril lebih tinggi daripada pasangan Prabowo-Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur.
Peneliti utama Parameter Strategi Indonesia, Tri Yudha Haryanto, menjelaskan hal ini dalam laporan survei nasional yang berjudul "Kunci Elektoral Suara Calon Wakil Presiden Potensial Koalisi Indonesia Maju (KIM)".
Menurut hasil survei, dalam simulasi pasangan Prabowo-Yusril, mereka memperoleh dukungan sebanyak 34,6 persen, sementara Prabowo yang berpasangan dengan Khofifah memperoleh elektabilitas sekitar 33,6 persen.
Sementara itu, dalam simulasi yang melibatkan enam calon wakil presiden yang dipilih oleh publik, Erick Thohir masih berada di urutan pertama dengan dukungan sekitar 22,4 persen, diikuti oleh Sandiaga Salahuddin Uno dengan 19,4 persen, dan Cak Imin dengan 15,6 persen.
Yusril mendapatkan dukungan sebanyak 12,2 persen dalam simulasi ini, Khofifah dengan 10,6 persen, dan Gibran Rakabuming Raka dengan 7,2 persen.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]