WahanaNews.co, Jakarta – Juru bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra mengatakan Partai Demokrat berkomitmen bahwa cawapres adalah keputusan Anies Baswedan dalam Koalisi Perubahan.
Namun saat nama Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY disodorkan, diminta jangan terburu-buru. Tetapi begitu nama Muhaimin Iskandar masuk, seketika itu juga dideklarasikan. Bahkan Herzaky mengaku, nama AHY ditolak. Walau berkali-kali Anies sendiri menyodorkannya.
Baca Juga:
Prabowo Tampil Berwibawa di Mata Dunia, Anies: Lawatan Internasional Sangat Produktif!
"Kita memang sepakat bahwa mas Anies lah yang menentukan cawapres. Tapi kalau mas Anies sudah bolak balik menyodorkan kok ditolak terus kan begitu misalnya. Ini misalnya," kata Herzaky, saat menjadi pembicara di 'Catatan Demokrasi' tvOne, Selasa malam, (5/9/2023) melansir VIVA.
Herzaky mengatakan, bukan persoalan siapa yang menjadi cawapres dari Anies. Tetapi komitmen yang dilanggar.
Sebab, lanjutnya, jika Nasdem inisiatif menambah koalisi seperti dengan masuknya PKB, tetap harus ada etika yang digunakan dengan partai-partai koalisi baik itu Demokrat maupun PKS.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Bahkan Herzaky menyoroti, saat Prabowo Subianto menemui Demokrat, mereka melaporkan ke koalisi. Begitu juga saat AHY ketemu Puan Maharani, juga dilaporkan ke koalisi. "Kita terbuka, nggak ada hidden agenda, nggak ada main belakang," katanya.
Dia menyindir, Nasdem tidak ingin buru-buru untuk penetapan capres-cawapres. Di sisi lain, sikap Demokrat adalah segera diputuskan, bahkan kabar terakhir akan dilakukan awal September 2023 ini.
"Tadi kami juga bertanya-tanya tidak setuju terburu-buru, tunggu lah katanya. Tapi luar biasanya keputusan bisa dibuat dalam satu malam. Katanya jangan terburu-buru," kata Herzaky.
Bahkan lanjut Herzaky, Anies sampai menuangkan dalam tulisan tangan permintaannya agar AHY bersedia mendampingi. Tetapi, dalam 5 hari mendadak berubah.
Demokrat kata Herzaky, mempersoalkan kalau Anies susah menghubungi AHY. Padahal, jelasnya, sebelum peristiwa ini, keduanya selalu berkomunikasi langsung apakah Anies ke rumah AHY atau melalui telepon yang intens.
"Tapi begitu ada keputusan bersepakat Nasdem dan PKB bersepakat mengusung Anies dan Muhaimin, angkat telepon apa susahnya, mas AHY tidak ada, dan besoknya buru-buru ke Surabaya malah ketemu dengan calon yang baru. Ngobrol dong sama kita, “mas AHY mohon maaf ternyata bapak saya nggak setuju, bapak saya lebih maunya dengan yang ini pasangannya karena begini begini pertimbangannya"," jelas Herzaky.
[Redaktur: Alpredo Gultom]