WahanaNews.co | Indonesia menginginkan sejumlah armada, termasuk pesawat tempur multiperan Dassault Rafale Prancis dan Boeing F-15 EX Advanced Eagle Amerika Serikat (AS), Airbus A330 Multi-Peran Pesawat pendukung Tanker Transport (MRTT), transportasi Lockheed Martin C-130J Super Hercules, dan kendaraan udara tak berawak (UAV).
Rencana Indonesia menjaga langit NKRI dengan Rafale Prancis dan F-15 EX AS bocor lewat laporan tahunan yang diterbitkan pada pertengahan Februari 2021 lalu.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Langkah sulit akhirnya dipilih Indonesia dengan meninggalkan jet tempur Su-35 Rusia dan membeli Rafale Prancis serta F-15 EX Amerika Serikat untuk TNI AU.
Keputusan meminang F-15 EX AS dan Rafale Prancis, selain karena alasan anggaran, juga karena Amerika Serikat yang terus mengancam sanksi CAATSA jika Indonesia memuluskan rencana membeli Su-35 Rusia.
Dikutip dari Antara, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo saat berbincang dengan media massa pada acara Press Tour dan Media Gathering, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu, 22 Desember 2021 mengumumkan kabar buruk pembatalan Su-35 Rusia.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Terkait dengan rencana pembelian Sukhoi Su-35, Fadjar menyebut hal tersebut akan ditinggalkan.
Meski begitu, KASAU menyebut Indonesia akan diperkuat dengan F-15 EX buatan Boeing Amerika Serikat.
Mantan Pangkogabwilhan II ini mengaku, tim dari F-15 EX sudah menemuinya untuk membahas rencana pengadaan pesawat tempur tersebut.
"Ini sedikit informasi, F-15 EX timnya sudah datang ke saya," ujarnya.
"Saya tanya kalau hari ini kita sepakat unit awal pertama yang akan kita terima kira-kira kapan? Jawabannya ya kira-kira tahun 2027," kata Marsekal Fadjar Prasetyo.
Indonesia kini angkat bicara soal perkembangan pembelian 2 jet tempur terbaik di dunia, F-15 EX AS dan Rafale Prancis.
Dikutip dari akun Instagram @lembagakeris yang mengunggah sebuah postingan pada 20 Januari 2022, Menhan Indonesia Prabowo Subianto mengumumkan soal pembelian jet tempur F-15 EX dan Rafale.
"Pernyataan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, terkait progress pembelian pesawat tempur F-15EX dari Amerika Serikat dan Dassault Rafale dari Prancis, setelah Rapim Kementerian Pertahanan.
Dalam video singkat yang diunggah akun Instagram @lembagakeris, Menhan Prabowo Subianto menjawab pertanyaan wartawan soal kelanjutan pembelian jet tempur F-15 EX AS dan Rafale Prancis.
"Yang sudah agak maju Rafale, F-15, kita masih dalam tahap negosiasi. Saya kira tinggal mengaktifin kontrak saja," ujar Prabowo Subianto.
Jet tempur Rafale Prancis dan F-15 EX Amerika Serikat (AS) yang akan segera memperkuat TNI AU Indonesia menjadi sorotan dunia.
Media asing menyebut langkah Indonesia menduetkan Rafale Prancis dan F-15 EX AS sebagai bagian dari upaya untuk menjegal kebangkitan China.
"Indonesia bermaksud untuk menyelaraskan dua model pesawat tempur (F-15 dan Rafale) untuk menjaga dari kebangkitan kekuatan China di kawasan itu (Natuna Utara)," lapor avionslegendaires.net.
Tak hanya itu, langkah TNI AU menggabungkan jet tempur Rafale Prancis dan F-15 EX AS juga jadi sorotan.
"Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara sekarang berbicara tentang membeli antara dua belas dan delapan belas pesawat. Pesawat-pesawat ini akan memungkinkan Angkatan Udara Indonesia untuk segera mengganti dua model pesawat tempur yang dimilikinya dalam jumlah kecil: sepuluh General Dynamics F-16A/B Fighting Falcons dan lima Sukhoi Su-27SKM Flanker," lapor avionlegendaires.net.
Setelah berbicara dengan Dassault Aviation, Indonesia gantian ke AS untuk merencanakan pembelian F-15 EX Eagle II.
"TNIAU juga mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan pembicaraan dengan Boeing seputar akuisisi sepuluh hingga dua belas unit pesawat tempur superioritas udara F-15EX Eagle II yang baru, yang saat ini dalam tahap pengujian di Angkatan Udara AS," beber avionlegendaires.net.
F-15 Eagle II dan Rafale sendiri mempunyai kemampuan maritime strike sehingga memudahkan Indonesia melibas kapal perang China di Natuna. [qnt]