Pengelola Museum Sri Serindit Natuna, Zaharuddin, menduga, jalur perdagangan dan aktivitas pelayaran di perairan Natuna telah ada sejak abad ke-3 Masehi.
Dugaan Zaharuddin itu berdasarkan sejumlah bukti berupa temuan benda-benda peninggalan masa lalu seperti keramik, tasbih, alat makan, dan perlatan lain yang teridentifikasi berasal dari Arab, Thailand, Vietnam, hingga Eropa.
Baca Juga:
Laut Natuna Utara Kepri Digempur Kapal Ikan Asing, Bakamla Tangkap Awak Vietnam
Sebagian benda-benda bersejarah tersebut kini berada di Museum Sri Serindit Natuna.
"Jadi betul-betul jalur perdagangan di Natuna itu, kesibukannya luar biasa," kata Zaharuddin, saat ditemui wartawan, pertengahan Oktober lalu.
Sebagai wilayah terdepan, Natuna diapit sejumlah negara seperti Vietnam dan Kamboja di sebelah utara serta Singapura dan Malaysia di sebelah barat.
Baca Juga:
Dorong Sentralitas ASEAN, Panglima TNI akan Pimpin Latihan Bersama Militer ASEAN di Laut Natuna
Selain letaknya yang strategis, perairan Natuna Utara menyimpan kekayaan alam berlimpah.
Mengutip laporan CSIS, peneliti Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Imam Prakoso, menyebut, Laut Natuna Utara memiliki cadangan migas sebanyak 160 triliun kaki kubik gas dan 12 miliar barel minyak.
Potensi migas ini telah mulai dimanfaatkan oleh pemerintah.