"Tentu elite politik yang punya nama besar tentu akan mencari pelabuhan politik lainnya untuk naik kelas, terutama bergabung dengan parpol yang mungkin memberikan satu slot ke mereka agar established," imbuhnya.
Ketiga, Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga menilai PSI untuk saat ini tidak memiliki tokoh kuat sebagai pemimpin. Terpilihnya Giring Ganesha sebagai ketua partai justru dinilai tidak membawa perubahan yang lebih baik pada PSI.
Baca Juga:
Kementerian PU Siap Hadapi Mobilitas Masyarakat Saat Nataru 2025
Untuk itu, Adi meminta agar PSI mampu mengembalikan branding partai anak muda mereka dengan mengurangi tensi 'nyinyir' serta menonjolkan sosok ketua yang memiliki ciri khas dan wibawa dalam berpolitik.
"Ketua umum mereka, Pak Giring, sorry to say harus saya katakan tak menunjukkan suatu replika sebagai ketua yang memiliki latar belakang partai politik yang kuat. Kewibawaan PSI secara perlahan berkurang, ketika ada peralihan kepemimpinan dari Grace ke Giring," ujar Adi.
Sejumlah pentolan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memutuskan untuk mengundurkan diri dari partai, terhitung sepanjang 2022 ini. Beberapa kader memilih keluar karena sudah tak sejalan dengan langkah politik partai.
Baca Juga:
Pj Bupati Abdya Sunawardi Hadiri Rapat Kerja dan Dengar Pendapat DPR RI
Teranyar, politikus Rian Ernest memutuskan mundur dari partai yang kini dipimpin Giring Ganesha itu. Setidaknya ada enam kader PSI yang keluar dari partai. Lima lainnya yakni, Tsamara Amany, Michael Victor Sianipar, Azmi Abubakar, Sunny Tanuwidjaja, dan Sirya Tjandra.
Respons PSI
Ketua Umum PSI Giring Ganesha membantah masalah kepemimpinan di internal partai jadi penyebab sejumlah kader PSI mundur.