WahanaNews.co | Borok di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun satu persatu mulai dibongkar mantan anggota Negara Islam Indonesia (NII).
Bareskrim Mabes Polri pada Senin (03/07/2023) telah memeriksa Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang atas dugaan kasus penistaan agama. Statusnya kini naik ke penyelidikan dari penyidikan. Hingga saat ini polisi masih berfokus terkait pemeriksaan saksi ahli dan barang bukti.
Baca Juga:
Penyebutan KKB Jadi OPM Disebut Pengamat Langkah Maju dari Pemerintah
Melansir dari kanal Youtube tvOnenews, Rabu (19/7/2023) satu persatu keanehan dan diduga penyimpangan yang dilakukan dilingkungan Al-Zaytun mulai terungkap.
Seperti keterkaitannya dengan NII KW 9 (Negara Islam Indonesia) hingga penggalangan dana dan cara nyeleneh dalam melempar jumrah.
Dalam acara tersebut, disebutkan salah satu sumber Lasmin, mengaku mantan pengawal langsung Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang, aktivitas Al-Zaytun sudah dimulai pada tahun 1996 lalu.
Baca Juga:
Presiden Jokowi Sulit Dimakzulkan, Pengamat Ungkap Alasannya
Melihat lamanya aktivitas Ponpes Al-Zaytun yang diduga ‘nyeleneh’ hingga sekarang baru terungkap, kemudian menjadi pertanyaan publik, bagaimana peranan intelijen teritorial TNI, Kodim atau Koramil dan Bhabinkamtibmas Polri?
Pengamat militer dan intelijen Soleman B. Punto mengatakan, pesatnya perkembangan Al-Zaytun bukan tidak diketahui oleh para intelijen TNI. Namun karena Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan bahwa Ponpes Al Zaytun baik-baik saya maka aparat diam saja.
“Sebenarnya intel TNI sudah tau. Tapi karena kementerian agama yag menyatakan bahwa Al-Zaytun baik-baik saja maka mereka semua diam,” kata Soleman B. Punto, kepada wartawan, Rabu (19/7/2023).
Menurut Laksmana Muda (Purn) Soleman B. Punto yang juga pernah bertugas sebagai Kepala Badan Intelijen Strategis (BAIS) Mabes TNI, bahwa Kementerian Agama-lah yang paling bertangungjawab atas keberadaan Ponpes Al-Zaytun hingga besar seperti sekarang. “Ya, kementerian agama,” jawab Soleman B. Ponto.
Dalam tayang di kanal Youtube TvOnenews, eks wali santri sekaligus mantan anggota NII yang bernama Leny Siregar, mengungkapkan soal acara 1 Muharram sangat banyak massa ke Al-Zaytun. Leny mengaku pernah mengikuti acara 1 Muharram yang juga melempar jumrah.
"Sebelum memasukkan santri pun pernah ke sana, tahun 2009 misalnya, jadi dari koordinator-koordinator lah diundang untuk datang ke sana, makanya gak akan heran kalau kita lihat begitu banyak massanya," ujar Leny Siregar.
Eks wali santri ini pun mengaku bahwa undangan 1 Muharram ditujukan dari level tertinggi sampai level desa, semua yang mempunyai dana bisa ikut ke Al-Zaytun.
Ditanyakan bukti oleh Andromeda Mercury, lalu tim Catatan Demokrasi menampilkan video kiriman dari Leny Siregar terkait kegiatan melempar jumrah di Al-Zaytun oleh sejumlah anggota NII.
Tampak dalam video itu memperlihatkan di sebuah panggung, satu persatu peserta atau koordinator dari masing-masing daerah yang tergabung dalam NII dipanggil lalu memasukkan sejumlah uang yang terbungkus di plastik atau amplop ke kotak.
Melalui penjelasan Leny bahwa 'melempar jumrah' yang merupakan istilah yang digunakan oleh orang dalam. "Istilah orang dalam itu lempar jumrah, jadi memasukkan infak-infak dari wilayah masing-masing," jelas Leny.
"Ada orang yang Anda kenal," tanya Maria Assegaf selaku presenter tvOne.
"Ada, di situ ada Gubernur saya, gubernur NII. Jadi memang seperti itulah mengundang tokoh-tokoh, mengundang jemaah-jemaahnya dari koordinator," ujar Leny Siregar. "Itu bukan masyarakat biasa atau dari sekitar kompleks Al-Zaytun, itu semua umat NII KW 9," terang Leny.
Kotak yang berisi infak dari para jemaah atau anggota NII KW 9 yang dijadikan istilah melempar jumrah.
Leny Siregar mengatakan bahwa kegiatan melempar jumrah itu dilaksanakan di masjid rahmatan lil' alamin yang terletak di tengah-tengah kompleks Ma'had Al-Zaytun.
Ditanyakan kembali dari video yang ditampilkan bahwa para peserta ini tampak sumringah dan tak ada tampak rasa terpaksa dari wajahnya saat memberikan uang atau infak ke kotak.
"Karena kita melalui doktrin yang bertahap, sudah beberapa lama, sudah melalui proses taskiah. Jadi malah kita nyumbang sedikit tuh malu, nyumbang Rp1 juta atau Rp500 ribu tuh malu di sana," ujarnya.
Lebih lanjut, Leny menyatakan bahwa ada juga keberadaan santri di momen melempar jumrah, menurut analisa Leny bahwa itu untuk menutupi, untuk memberi kesan bahwa itu kegiatan pesantren juga.
"Padahal intinya itu yang besar-besarnya kegiatan orang dalam, Infak sebanyak itu gak mungkin kalau gak di koordinir," ujarnya.
"Jumlah uangnya bisa milyaran di sana dalam beberapa jam saja, karena memang sudah dikumpul beberapa hari sebelumnya, jad koordinator tinggal bawa dan masukkan uangnya," sambungnya.
"Kalau ditanya diperuntukkan apa, ya untuk pembangunan di sana saja," ungkapnya.
[Redaktur: Jupri]