WahanaNews.co | Para korban dugaan penipuan robot trading abal-abal berkedok investasi yakni Fahrenheit milik PT FSP Academy Pro di Bali kini berani angkat bicara.
Diperkirakan terdapat 700 – 1000 investor yang jadi korban di Bali. Dana yang diinvestasikan beragam mulai dari US$1000 hingga US$200.000. Jika dirupiahkan total dana investor yang hilang mencapai lebih dari 200 miliar rupiah.
Baca Juga:
Dampak Erupsi Gunung Lewotobi, Bandara Bali Batalkan 90 Penerbangan Dalam Sehari
Koordinator korban investasi robot trading abal-abal Fahrenheit wilayah Bali, I Wayan Bena Rusiana mengatakan para korban memutuskan akan mengambil langkah hukum dengan melaporkan kasus penipuan ini kepada polisi.
“Kami korban investasi robot trading abal-abal Fahrenheit akan melaporkan kasus ini ke Unit Krimsus Mapolda Bali pada Senin (14/3/2022) esok. Kami juga berharap media bisa membantu mempublikasikan kasus ini agar tidak banyak yang menjadi korban,” jelas I Wayan Bena kepada MPI melalui pesan whatsaap, Minggu (13/3/2022).
Aksi manipulasi robot trading abal-abal Fahrenheit ini menyisakan duka bagi para korban. Bagaimana tidak korban yang terbujuk rayu janji manis berasal dari berbagai kalangan.
Baca Juga:
BNNP Bali Gerebek Narkoba, Oknum Polisi Tertangkap Diserahkan ke Propam
Yang paling memilukan dialami oleh korban berinisial FB. Melalui pesan singkat FH menuturkan, dana yang diinvestasikan sebesar US$8000. Uang itu berasal dari tabungan dan pesangon usai tidak bekerja lagi akibat pandemi.
FH tidak menyangka dana yang menjadi harapan hidup serta akan digunakan untuk biaya kuliah anak-anaknya lenyap tanpa sisa setelah diinvestasikan di robot trading abal-abal Fahrenheit.
“Uang yang saya investasikan sangat berarti. Saya sekarang lagi mikir biaya untuk kuliah anak-anak, sementara pekerjaan lagi gak ada,” keluh FB.
Sementara itu korban lain berinisial MW menjelaksan kejanggalan investasi robot trading abal-abal Fahrenheit diawali dengan pemberhentian trading pada 28 Januari 2022. Pihak Fahrenheit berdalih pemberhentian ini untuk mengikuti regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
“Setelah ada pemberhentian trading kemudian owner Fahrenheit Hendry Susanto menyampaikan lewat pesan chatting di group tele Fahrenheit bahwa penarikan hasil investasi (WD) & trading akan kembali dilakukan pada 25 Februari. Dari penjelasan itu kita member menunggu,” Jelas MW saat berbicang melalui chat WA dengan MPI, Minggu (13/2/2022).
MW menambahkan, ternyata pada tanggal 25 Februari penarikan hasil investasi belum bisa dilakukan. Kendati demikian tradingnya kembali berjalan.
Para member berasumsi bahwa pihak management memang memiliki itikad baik.
Kemudian ada pengumuman dari management bahwa proses WD akan mundur ke tanggal 7 Maret.
Pihak management juga memberitahukan bahwa penundaan ini terjadi karena proses WD yang akan meggunakan dompet crypto dan management memberikan tutorial cara membuat akun crypto di Indodax atau di Tokocrypto.
Namun janji yang disampaikan management tidak ada yang ditepati. Pada 7 Maret malam justru terjadi trading yang mencurigakan dimana alogaritma robot melupakan open position trading yang melawan arah pasar.
“Jadi trading yang janggal karena saat pasar terus naik, robot terus menjual dan ketika pasar turun robot terus membeli padahal data pasar menunjukan arah pelemahan yang kuat,” terang MW.
Akibatnya dana investasi member banyak yang mengalami loss besar-besaran. Begitu juga saat sudah profit robot tidak mengeksekusi profit malah dibiarkan terjadi loss.
“Loss makin besar dan equity terus makin terkuras, baru kita tau kalo itu yang namanya margin call. Loss yang disengaja serta dimanipulasi oleh pihak management beserta brokernya,” kata MW
lebih lanjut MW menjelaskan para member mempercayakan dananya untuk diinvestkan ke Fahrenheit karena janji fixed income.
“Disaat pandemi seperti ini maka member yakin bahwa Fahrenheit adalah solusi. Namun bukannya menjadi solusi, justru menjadi musibah bagi para member,” ujar MW.
Korban penipuan robot trading abal-abal Fahrenheit tidak hanya di Bali. Sebelumnya ratusan orang yang menjadi korban trading abal-abal ini juga telah melaporkan ke Bareskrim Mabes Polri. Total dana korban yang hilang di Jakarta akibat robot trading abal-abal Fahrenheit diperkirakan mencapai triliunan rupiah.
Dari penelusuran MPI, robot Fahrenheit milik Hendry Susanto ini dikatakan baru berumur jagung, yakni dilaunching sekitar bulan Juli 2021.
Dalam menjalankan aksinya tergolong rapi dan sistematis. Perusahaan menyediakan sejumlah kit, dimana salah satunya adalah mencantumkan legalitas dari berbagai badan otoritas di Indonesia.
Namun belakangan dokumen legalitas ternyata sebagian tidak valid, seperti kode NIB dan KBLI dari Badan Penanaman Modal tidak sesuai. Padahal, dokumen itulah yang dipegang para calon member sebelum memutuskan untuk bergabung. [rin]