WahanaNews.co | Pujian Profesor National University of Singapore, Kishore Mahbubani, kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi menjadi bahan refleksi pemimpin selanjutnya.
Masa jabatan Jokowi terbatas, namun eksistensi Indonesia terus berlangsung.
Baca Juga:
20 Oktober 2024: Melihat Nasib Konsumen Pasca Pemerintahan 'Man Of Contradictions'
“Tantangan pemimpin yang akan datang adalah memperbaiki apa yang lemah dari yang dicapai Jokowi. Bukan setiap ganti Presiden kita mulai dari titik nol,” kata Duta Besar RI untuk Singapura, Suryopratomo (Tommy), dalam diskusi virtual bertajuk Jokowi Presiden Jenius, Minggu (10/10/2021).
Tommy mengatakan, demokrasi bukan tujuan akhir, melainkan alat.
Tujuan besar Indonesia tercantum dalam sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Juga:
HUT ke-79 TNI, Ini Pesan Presiden Jokowi ke Prajurit Indonesia
“Ketidakadilan itu tidak bisa diteruskan. Harus didekatkan sehingga kalau makmur, makmur bersama,” ujar dia.
Tommy mafhum, mewujudkan cita-cita tersebut bukan barang mudah.
Perjuangan ibarat Roma yang tidak dibangun dalam satu malam.
“Ini proses yang berkelanjutan. Pergantian kepemimpinan harus mengarah pada perbaikan dalam kehidupan masyarakat,” papar dia.
Profesor National University of Singapore, Kishore Mahbubani, memuji Presiden Joko Widodo.
Dalam tulisannya, Profesor Mahbubani menilai Jokowi sebagai sosok jenius dan pemimpin paling efektif di dunia.
Penilaian atas Jokowi ini dipaparkan dalam artikel berjudul The Genius of Jokowi.
Terbit di Project Syndicate, sebuah media nirlaba berfokus pada isu internasional, pada 6 Oktober 2021.
“Pada saat bahkan beberapa negara demokrasi kaya memilih penipu sebagai pemimpin politik mereka, keberhasilan Presiden Indonesia Joko Widodo layak mendapat pengakuan dan penghargaan yang lebih luas. Dia memberikan model pemerintahan yang baik yang dapat dipelajari oleh seluruh dunia,” ujar Profesor Mahbubani, dilansir dari Project Syndicate. [qnt]