Pertimbangan utama dalam memilih
pemimpin, seperti faktor integritas, kapasitas dan kesiapan untuk memimpin,
dianggap tak lagi penting.
Kalau hal begini menjadi kenyataan di
Indonesia, dan dari tahun ke tahun makin ekstrem, bisa dibayangkan masa depan
negeri ini.
Baca Juga:
Empat Pimpinan MPR RI Temui SBY Bahas Situasi Bernegara di Indonesia
"Karenanya,
mumpung belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri
kita, para pemimpin dan semua elemen bangsa harus sadar bahwa sesuatu harus
dilaksanakan. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar,"
pesan pendiri Partai Demokrat itu.
Di sisi lain, ia mengingatkan, jangan
pula ada yang justru menginginkan dan memelihara polarisasi sosial-politik yang
tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya.
Kalau ada pihak-pihak yang berpikiran
dan bertindak seperti itu, menurut SBY, mereka bukan hanya tidak bertanggung
jawab tetapi juga tidak bermoral.
Baca Juga:
Kepemimpinan Prabowo Berpotensi Kombinasikan Gaya Soekarno, Soeharto dan Jokowi & Slogan "Penak Jamanku To?"
Sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang
sudah benar-benar terbelah dan terpolarisasi secara tajam, sangat tidak mudah
untuk menyatukannya kembali.
Menutup tulisan tersebut, SBY
menyampaikan permintaan maaf jika ada pihak-pihak yang tak berkenan dengan
artikel ini.
Pasalnya, setiap kali dirinya
menyampaikan pandangan dan pendapat, selalu ada yang salah terima.