Dengan klaim sebagai kelompok yang paling “Islam” inilah mereka kemudian membangun narasi bahwa musuh terbesar Islam adalah komunis, dengan merunut jejak sejarah ketegangan besar antara Partai Komunis Indonesia dan beberapa ormas Islam di Indonesia.
“Di sini lucu sebenarnya, karena kalau pengen klaim kemenangan ‘Islam’ terhadap komunisme, yang berhak mengklaim itu seharusnya NU dan Muhammadiyah, yang jelas-jelas pada saat itu berhadapan langsung dan menjadi korban dari kekejaman PKI di beberapa daerah,” ujar Denny.
Baca Juga:
Soal Iriana Tidak Pernah Hadir Melayat, Denny Siregar: Gak Usah Sok Tahu!
Tetapi, sambungnya, NU dan Muhammadiyah sendiri justru tidak pernah mengklaim tragedi itu sebagai keberhasilan, malah banyak di antara mereka yang melihatnya sebagai tragedi kemanusiaan, di mana saudara sebangsa saling membunuh atas nama ideologi.
“Tapi kok yang sering teriak ‘Islam menang atas PKI’ itu PKS dan FPI, ya? Mereka itu organisasi yang lahir tahun berapa? Lha organisasi masih piyik kok sibuk klam-klem kayak mereka dulu berjuang melawan komunis saja,” sentilnya.
Malah, Denny merasa, kalau melihat sifat pengecut kelompok-kelompok itu, bisa jadi saat pemberontakan PKI mereka itu justru sembunyi karena takut, atau malah jadi pengkhianat itu sendiri.
Baca Juga:
Tanggapi Ijazah Palsu Jokowi, Denny Siregar: Sebodoh Isu Kancing Jas
Baru ketika menang, mereka koar-koar seolah ikut berjuang dan ada di garis depan.
“Karakter pecundang memang begitu, koarnya paling depan, tapi ketika dihadapkan masalah, kabur paling duluan,” sindir Denny, pedas.
Kemudian, yang kedua, Denny menyebut bahwa narasi PKI itu selalu dihantamkan ke lawan politik mereka.