Terakhir, ia menyinggung pula soal mantan Panglima TNI yang suka sekali dengan nonton bareng film G30S/PKI, bahkan ketika masih menjabat.
“Saya gak perlu jelaskanlah tentang beliau, kita tonton saja video wawancaranya yang lumayan lucu ini,” kata Denny, seraya menyajikan petikan wawancara mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, dengan Rosiana Silalahi di Kompas TV.
Baca Juga:
Soal Iriana Tidak Pernah Hadir Melayat, Denny Siregar: Gak Usah Sok Tahu!
Pada wawancara tersebut, Gatot Nurmantyo menciptakan logika berpikir bahwa yang menghapus poin-poin tentang riwayat pemberontahan PKI dari mata pelajaran sejarah, yang mengusulkan pencabutan TAP MPR terkait PKI, juga yang menghilangkan kewajiban nonton film G30S/PKI, ya siapa lagi kalau bukan PKI?
Pernyataan Gatot tersebut, yang sudah berulang-ulang diingatkan Rosi sebagai sangat sensitif, akhirnya dibantah Usman Hamid, Direktur Amnesty International Indonesia, yang juga hadir dalam program talkshow tersebut.
Menurut Usman, logika yang diciptakan Gatot itu cenderung lompat-lompat.
Baca Juga:
Tanggapi Ijazah Palsu Jokowi, Denny Siregar: Sebodoh Isu Kancing Jas
Pelurusan kekeliruan dalam pelajaran sejarah diusulkan oleh Menteri Pendidikan di era Presiden Habibie, Juwono Sudarsono; usul pencabutan TAP MPR terkait PKI dilakukan oleh Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur; sementara penghentian kewajiban nonton film G30S/PKI dilakukan Menteri Penerangan pada Kabinet Habibie, Yunus Yosfiah, yang merupakan senior Gatot Nurmantyo di TNI AD.
Apakah dengan begitu, Gatot sudah menciptakan logika untuk menuding Juwono Sudarsono, Gus Dur, dan Yunus Yosfiah sebagai PKI?
“Lucu, bukan?” pungkas Denny Siregar. [yhr]