WahanaNews.co, Jakarta - Seorang simpatisan pasangan calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, mengalami depresi setelah mengetahui bahwa perolehan suara pasangan yang didukungnya menurun berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei.
Individu tersebut kemudian mendapatkan penanganan dari seorang psikiater di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa. Psikiater RSUD Sumbawa, Komang Triyana Arya, mengonfirmasi kejadian tersebut.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
"Benar. Dia tidak bisa tidur dan ngomel-ngomel terus menerus karena hasil hitung cepat perolehan suara nomor urut tiga anjlok. Itu memperparah kondisi kesehatan jiwanya," kata Komang, melansir Kompas.com, Rabu (21/2/2024).
Komang mengatakan, pasiennya itu adalah pendukung garis keras Ganjar Pranowo.
"Simpatisan ini garis keras, termasuk sangat fanatik. Ia datang ke sini sendiri dalam keadaan kelelahan," katanya.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
Komang mengakui pasien tersebut memiliki riwayat gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSUD Sumbawa.
"Dari hasil rekam medis, pasien simpatisan capres ini sebelumnya pernah dirawat di bagian perawatan jiwa karena mengalami gangguan kesehatan mental," ujarnya.
Menurutnya, pendukung yang memiliki fanatisme tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami reaksi stres atau depresi dibandingkan dengan pemilih yang lebih rasional.
Ini disebabkan oleh fakta bahwa orang yang telah menjadi pendukung fanatik memiliki kecenderungan lebih besar untuk terpengaruh oleh rangsangan emosional.
Ia menjelaskan bahwa gejala-gejala gangguan mental dapat dimulai dari tingkat kecemasan dan ketertarikan yang berlebihan terkait dengan tema-tema pemilu.
Setelah itu, penderita dapat mengalami gangguan tidur dan pola makan yang terganggu. Gejala ini kemudian dapat menyebar ke kondisi fisik, seperti sakit kepala dan masalah pada bagian tubuh lainnya.
"Jika seseorang tidak dapat tidur selama tiga hari, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka mengalami gangguan mental, meskipun mungkin mereka tidak menyadarinya. Gangguan mental dapat bervariasi dari tingkat ringan, sedang, hingga berat," ungkap Komang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]