WahanaNews.co | Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri), Komjen Pol (Purn) Susno Duadji, menyebut sosok ini yang bikin publik ribut dalam kasus kematian Brigadir Yosua atau Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.
Sekalipun kini hidup bertani di pelosok desa, Susno Duadji mengaku ikut mengamati kasus penembakan yang merenggut nyawa Brigadir J tersebut.
Baca Juga:
Sederet Kontroversi Pendeta Gilbert Lumoindong, Pernah Singgung Kasus Brigadir J
Dengan pengalaman di bidang reserse yang dimilikinya, jenderal bintang tiga ini memberikan ulasan tajam atas kasus yang jadi perhatian Presiden Joko Widodo tersebut melalui kanal YouTube miliknya.
Dalam salah satu ulasannya, Susno Duadji blak-blakan menyebut sosok ini yang justru bikin publik ribut dalam kasus kematian Brigadir J.
Ternyata bukan Irjen Ferdy Sambo.
Baca Juga:
Susno Duadji: Kapolri Sakti, Film Ferdy Sambo Bisa Kuras Airmata
Cicak vs Buaya
Nama Susno Duadji sempat menjadi perbincangan hangat beberapa waktu lalu.
Sebab, mantan Kabareskrim Polri ini terang-terangan menyebut persaingan KPK dan Polri seperti cicak dan buaya.
Jenderal bintang tiga itu juga sempat terbukti bersalah dalam kasus korupsi.
Akibatnya, Susno Duadji harus meringkuk dalam bui.
Ketika menjabat sebagai Kepala Polda Jawa Barat, Susno Duadji sempat terlibat dalam kasus korupsi dana pengamanan Pilkada Jabar PT Salmah Arowana Lestari.
Dalam kasus itu, Susno dinyatakan terbukti bersalah dan divonis hukuman tiga tahun enam bulan penjara atau tiga tahun setengah.
Berdasarkan putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Susno Duadji dikenakan denda Rp 200 juta subsidair enam bulan penjara.
Keputusan hakim belum berhenti sampai di situ.
Susno Duadji diwajibkan untuk mengembalikan kerugian negara yang mencapai Rp 4 miliar.
Atas kasus tersebut, dirinya pun dicopot dari jabatan yang diembannya saat itu.
Pada awal tahun 2015, Susno Duadji secara resmi bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Cibinong, Jawa Barat.
Usai bebas dari bui, sosok Susno Duadji seperti hilang dari pandangan publik.
Kini Susno Duadji telah meninggalkan Jakarta.
Dia memilih tinggal di Sumatera Selatan.
Tak lagi menjalani pekerjaan sebagai Polri dan berseragam gagah, kini Susno Duadji lebih memilih untuk menjadi petani.
Melalui Instagram pribadinya, ia seringkali membagikan video dirinya bertani hanya dengan berpakain sederhana, yakni kaus dan sendal jepit.
Setiap video yang dibuatnya, ia pun selalu mengawalinya denga kata: “Salam Petani Indonesia”, sehingga ucapan itu seolah menjadi ikonik baru dari ucapannya.
Sang jenderal juga rajin membagikan foto terkininya dengan pakaian dinas ala petani.
Susno Duadji seringkali memperlihatkan aktivitasnya sebagai petani.
Selain itu, ia pun kerap kali menjelaskan perihal tanaman kopi dan lain sebagainya.
Baru-baru ini, Susno Duadji terlihat sedang menunjukkan kebolehan memasaknya.
Beberapa bulan lalu, sang jenderal juga sempat terlihat mengunjungi Turki saat bulan suci Ramadhan.
Jadi Sorotan Lagi
Terkini, nama Susno Duadji kembali menjadi sorotan.
Bukan karena kasus hukum, namun mantan Kapolda Jawa Barat ini justru membagikan analisisnya yang tajam dalam mengulas kasus penembakan Brigadir J yang sudah menjadi perhatian Presiden Jokowi.
Dalam analisisnya yang dibagikan melalui kanal YouTube pribadi, mantan Kabareskim Polri yang kini jadi petani itu menyebut sosok ini yang bikin publik ribut dalam kasus kematian Brigadir J.
Ternyata bukan Irjen Ferdy Sambo.
Kata Susno Duadji, ada satu syarat agar kasus ini bisa terungkap dengan jelas.
Syarat tersebut, menurut Susno Duadji, yakni pihak kepolisian harus menyita ponsel sejumlah orang yang ada di TKP (Tempat Kejadian Perkara) tewasnya Brigadir Joshua atau Brigadir J.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pembicaraan, kiriman gambar hingga video dan lainnya.
Susno Duadji mengatakan, kasus polisi tembak polisi di rumah Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo adalah hal yang mudah.
Katanya, yang sulit itu bila menemukan jenazah yang hanyut di sungai.
“Yang sulit itu nemu jenazah yang hanyut di sungai. Pertama, kita mengidentifikasi siapa jenazah ini. Kedua, kita harus bertanya, meninggalnya ini karena apa?” ujar Susno Duadji di YouTube Indonesia Lawyers Club yang diunggah pada 24 Juli 2022.
Sementara itu, dalam kasus Brigadir Yosua ini sudah terlihat jelas: TKP, barang bukti, pelaku penembakan, hingga penyebab insiden tersebut terjadi.
Kendati begitu, ada satu syarat lagi agar kasus ini bisa terungkap dengan jelas.
Dia menyebutkan syarat yang dimaksud, yakni pihak kepolisian harus menyita ponsel sejumlah orang yang ada di TKP.
Tujuannya adalah untuk mengetahui pembicaraan, kiriman gambar, hingga video dan lainnya.
“Timbul pertanyaan kalau itu hilang, kan Polri tidak menyerah, kan ada provider, minta kepada provider, karena ini kasus kriminal pasti provider akan berikan kok, akan terlacak semua,” terang Susno Duadji.
“Dari handhone juga bisa diketahui posisi masing-masing pemegang telepon pada jam itu,” sambungnya.
Susno Duadji lantas menyinggung lokasi tes PCR yang kabarnya Irjen Ferdy Sambo sedang berada di sana saat insiden baku tembak sesama polisi.
“Jadi dengan handphone bisa terjawab posisi, antara tempat PCR dengan lokasi itu bisa ketahuan,” ujarnya.
“Kenapa bisa ketahuan? Pasti BTS di sana, BTS itu tiang tinggi, bisa tunjukin itu di mana kita,” sambungnya.
Susno Duadji juga sempat meminta agar dokter forensik yang memeriksa Brigadir J dinonaktifkan.
Menurut Susno Duadji, ada sejumlah kejanggalan yang dia lihat pada kasus ini.
“Kejadian meninggalnya Brigadir J itu hari Jumat, kenapa diumumkan hari Senin. Tidak ada istilah libur di Bareskrim,” kata Susno Duadji.
Terlebih lagi ia juga mengingatkan keberadaan Bharada E saat kasus penembakanya bergulir.
“Di mana pelakunya?” ujarnya lagi.
Curigai Kinerja Dokter Forensik
Di sisi lain, Susno Duadji merasa curiga dengan kinerja dokter forensik yang terlihat sangat janggal.
Bahkan, Susno Dudji sampai menyarankan agar dokter forensik tersebut lebih baik dinonaktifkan.
“Dokter yang memeriksa dan yang memberikan autopsi harus diperiksa, bila perlu dinonaktifkan gitu,” ujar Susno.
Lantas, Susno Duadji mengungkapkan alasan mengapa dokter forensik yang menangani jenazah Brigadir J harus diperiksa.
“Ya karena janggal, dan sistemnya harus dibuka ke publik. Apa visum yang dibuat sang dokter itu,” ucapnya.
“Jadi sorotan kita harus ke dokter yang memeriksa itu, dia meriksa di bawah tekanan atau meriksa beneran,” sambungnya.
Sebab, kata Susno Duadji, jika pemeriksaan ini sudah sesuai prosedur, maka publik tidak akan ribut soal penyebab tewasnya Brigadir Joshua.
“Kalau meriksa beneran, orang gak akan ribut ini kena tembak peluru atau kena luka sayat? Atau luka tumpul? Atau dokter-dokteran yang meriksa?” ucapnya, dilansir dari YouTube Kompas TV.
Susno Duadji juga menilai hasil autopsi ulang Brigadir J akan merubah jalan cerita kasus kematian ajudan Irjen Ferdy Sambo itu.
Dalam sebuah acara di salah satu televisi, Susno Duadji mengatakan, jika apa yang didapatkan dalam otopsi ulang berbeda dengan hasil otopsi ulang pertama, maka ceritanya akan lain.
"Kalau apa yang didapat dari hasil forensik (otopsi ulang) berbeda dengan hasil dokter forensik pertama, maka akan merubah jalannya cerita penyidikan menjadi 180 derajat," ujar Susno.
Karena, menurut Susno, penyidikan saat ini adalah kasus tembak menembak.
Berarti, waktu saat ditembak, Brigadir J masih hidup.
Tapi, kalau ternyata Brigadir J dianiaya dulu, maka ceritanya akan berubah 180 derajat. [gun]