WahanaNews.co | TNI Angkatan Udara mendambakan sejumlah teknologi canggih guna mendukung transformasi matra udara agar menjadi kekuatan yang disegani di kawasan.
Saat peluncuran buku Plan Bobcat, Tranformasi Menuju Angkatan Udara yang Disegani di Kawasan, Senin (25/10/2021), Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Fadjar Prasetyo, mengatakan, konsep Plan Bobcat diarahkan menjadi landasan peran TNI AU di masa perang dan damai.
Baca Juga:
Sejarah Panser Ferret Legendaris di Tubuh Militer Indonesia
"Plan Bobcat berfokus pada tiga pilar, yaitu perubahan pada sisi organisasi, termasuk sumber daya manusia, teknologi yang diusung serta kesiapan operasi," ujar Fadjar, dikutip Senin (25/10/2021).
Dalam upaya transformasi ini, TNI AU berpijak pada landasan filosofis pembangunan air power atau kekuatan udara, yakni pengendalian udara, pengintaian udara, pengamatan udara, dan mobilitas udara.
Untuk mendukung transformasi ini, setidaknya TNI AU memerlukan langkah akuisisi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Baca Juga:
Mengenal Airbus A400M, Pesawat Angkut Militer yang Bakal Dimiliki Indonesia
Misalnya, pesawat tempur multirole, yakni yang dapat untuk air superiority dan memiliki kemampuan air strike generasi 4-5 ke atas.
Pesawat tempur ini juga harus memiliki kemampuan interoperabilitas yang dilengkapi persenjataan presisi.
"Dengan sistem radar aktif maupun pasif," kata Fadjar.
Merujuk buku Plan Bobcat, KSAU juga menggarisbawahi pentingnya persenjataan asimetrik matra udara dalam konteks perang berlarut yang tidak mudah terdeteksi, namun bisa membuat kerusakan.
Persenjataan ini, misalnya swarm killer drones, kamikaze killer drones, senjata anti-drone, dan senjata anti-pesawat yang portable.
Selain itu, dengan karakter geografis Indonesia, TNI AU juga memerlukan sistem tangkal wilayah udara yang mengedepankan sensor strategis.
Sensor ini meliputi kemampuan citra satelit, pesawat nirawak, airborne early warning and control, dan radar pada aerost.
Di samping itu, TNI AU juga membutuhkan pesawat pencegat yang dilengkapi senjata beyond visual range.
"Untuk mobilisasi udara, kita perlu ada helikopter dan pesawat angkut berat," katanya. [dhn]