6. Bahaya Mendaki Everest
Baca Juga:
Siap-Siap, Komet Iblis Raksasa Bakal Melesat ke Bumi
Salah satu pria dalam ekspedisi tahun 1921 adalah ahli kimia Skotlandia, Alexander Kellas, yang penelitiannya mengenai fisiologi dataran tinggi membuka mata dunia mengenai penjelajahan manusia di Himalaya.
Pada awal abad ke-20, sangat sedikit yang diketahui tentang efek berada di ketinggian pada tubuh manusia, karena "belum ada tempat yang setinggi itu," kata Storti.
Kellas, seorang pendaki berpengalaman, adalah bagian dari misi penelitian ke Everest, tetapi meninggal karena masalah jantung hanya sehari setelah mendaki sebelum mencapai puncaknya.
Baca Juga:
Pertama Kali Terjadi, Nepal Terbitkan 454 Izin Mendaki Gunung Everest
Kata Storti, "Dia melakukan pekerjaannya dengan tenang, menjadi ahli ketinggian dan efeknya pada tubuh manusia, (dan) melakukan beberapa pendakian paling spektakuler dari siapa pun di generasinya."
Kata Pilson, "Tantangan terbesar dari pendakian Everest ialah efek buruk berada di ketinggian pada tubuh manusia."
"Berada di ketinggian dalam waktu yang terlalu lama dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan, mual, dan sesak napas. Bahkan ketika seorang pendaki tidak merasa sakit, mereka tetap harus istriahat usai beberapa jam melangkah," lanjutnya.