Pada 1511, Flor de la Mar sampai juga di Malaka. Di sana, kapal bertugas mengangkut harta-harta yang disita Portugis. Kala itu, armada Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque melakukan penyerangan terhadap Sultan Mahmud dari Kesultanan Malaka. Penyerangan tersebut dibarengi oleh perampasan paksa harta milik Sultan Mahmud.
Harta-harta tersebut kemudian diangkut Flor de la Mar. Tercatat kapal itu mengangkut 60 ton emas. Sebagaimana dimuat Amirul Hadi dalam Respons Islam terhadap Hegemoni Barat (2006).
Baca Juga:
Peredaran Ganja Asal Aceh Tujuan Sumbar 624 Kg Diungkap BNN
Dalam tulisannya itu, Amirul menyebut harta yang ada di kapal menjadi harta rampasan termahal yang pernah diperoleh Portugis sejak mereka tiba di India.
Dalam perjalanan dari Malaka ke India, kapal Flor de la Mar dikawal oleh kapal-kapal pengiring yang kecil. Tentu ini dilakukan agar kapal tersebut tak dirampok bajak laut.
Meski sudah dipastikan aman dari bajak laut, kapal Flor de la Mar tak aman dari ancaman alam. Di hari kedua pelayaran seluruh kapal berlayar menuju jalur badai yang sangat dahsyat.
Baca Juga:
Dari Aceh, Presiden Jokowi Lanjutkan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatra Utara
Badai dan ombak datang tak berhenti. Praktis, semua kapal layar itu goyang apalagi seluruh kapal tercatat kelebihan muatan.
"Kapal yang kelebihan muatan itu segera tenggelam ke dasar laut. Membawa serta seluruh awak kapal dan semua harta berharga yang dikandungnya," tulis Peter O. Koch dalam To the Ends of the Earth: The Age of the European Explorers (2015).