Berbagai cerita yang membangkitkan emosi baik
menyenangkan, menyakitkan, menggembirakan, menyedihkan itulah yang menjadi password
untuk otak untuk menyimpannya.
Dan atas tingkat saliensi emosi dan perasaan
yang ditimbulkan oleh berbagai momen itu pun kita bisa membedakan mantan yang
biasa-biasa saja dengan mantan terindah yang masih sesekali mampir di mimpi
kita.
Baca Juga:
Wamen P2MI Minta Masyarakat Waspadai Modus Penipuan Loker Lewat Medsos
Berbagai elemen yang ada dalam cerita itu pun
terbawa dalam ingatan kita dan akan berguna sebagai trigger di kemudian
hari.
Kita mendadak ingat almarhum orang tua ketika
kita melihat sarung dengan corak yang mirip dengan yang biasa digunakan
almarhum.
Kita mendadak melankolis ketika mendengar lagu
yang biasa kita dengarkan dan nyanyikan bersama dengan sosok yang pernah
singgah dengan begitu berkesannya di hidup kita.
Baca Juga:
Viral, Pengantin Lampung Tutup Usia Setelah Prosesi Sungkeman
Bahkan orang tua yang ditinggal mati
pasangannya sebegitu sulitnya diajak pindah dari rumah yang pernah ia tempati
dengan almarhum.
Momen bisa berlalu, tapi perasaan kita tetap
tinggal melalui trigger-trigger tersebut.
Seperti kata Geisha, "Lumpuhkanlah
ingatanku, hapuskan tentang dia, kuingin kulupakannya", memory
terasa sebegitu nyata ketika penuh akan cerita yang sarat emosi.