WahanaNews.co, Jakarta - Psikopati adalah gangguan kepribadian yang identik dengan perilaku tidak berperasaan dan kurang empati yang bisa merugikan orang lain.
Meski umumnya dikenali pada orang dewasa, benarkah psikopati bisa muncul sejak anak-anak?
Baca Juga:
YLKI Dukung Cukai Tinggi Minuman Berpemanis untuk Kurangi Konsumsi Anak
Faktanya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak sifat psikopat yang diturunkan secara genetik dan terlihat jelas pada masa kanak-kanak.
Sebuah penelitian pada anak kembar pernah dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda psikopat. Hasilnya menunjukkan bahwa sifat-sifat yang tidak berperasaan dan tidak emosional, seperti tidak adanya rasa bersalah atau penyesalan, tidak adanya rasa takut, kurang kasih sayang, atau ketidaktanggapan terhadap hukuman, tampaknya dapat diwariskan dengan tingkat sedang hingga kuat.
Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian genetika baru-baru ini yang menunjukkan bahwa sifat-sifat psikopat memiliki tingkat pewarisan sedang hingga tinggi, sebagaimana dikutip dari Psychology Today.
Baca Juga:
Ingin Menjadi Kebanggaan Orang Tua: Kisah Mustofa yang Sembuh dari Katarak
Psikolog menggarisbawahi bahwa bawaan lahir yang dimaksud bukan berarti seseorang dilahirkan sebagai seorang psikopat. Hanya saja, seseorang bisa memiliki bawaan sifat atau dasar-dasar psikopati tersebut.
Salah Paham yang Sering Muncul pada Psikopat
Pada tahun 2013, American Psychiatric Association (APA) mulai menganalisis gangguan kepribadian pada anak dalam aturan diagnosa mereka.
APA memasukkan kondisi gangguan perilaku dengan sifat tidak berperasaan dan tidak emosional untuk anak-anak berusia 12 tahun ke atas.
Alasannya adalah, menurut APA, gangguan perilaku mengarah ke psikopati merupakan kondisi serius yang mencerminkan defisit interpersonal. Kondisi ini juga dapat dikaitkan dengan perilaku berbahaya.
Namun, orang dengan sifat psikopat sering disalahpahami. Mereka sering digambarkan sebagai pembunuh massal di film. Padahal sebenarnya, kebanyakan penderita psikopat tidak menjadi pembunuh berantai.
Faktanya, beberapa penderita psikopati kemudian menjadi wirausahawan dan pemimpin bisnis yang sukses. Temuan ini sebagaimana diungkapkan sebuah penelitian yang memperkirakan bahwa sekitar 3% pemimpin bisnis sebenarnya psikopat.
Sementara di sisi lain, peneliti memperkirakan sekitar 1% populasi orang dewasa mungkin memenuhi kriteria psikopat. Psikopati lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, namun tidak sepenuhnya merupakan gangguan pada laki-laki.
Beda Antisosial & Psikopat
Dalam praktiknya, banyak diagnosis yang digunakan dalam pengobatan kesehatan mental tumpang tindih dengan psikopat. Misalnya, anak-anak yang tidak berperasaan dan tidak emosional sering kali didiagnosis menderita gangguan pembangkangan oposisi pada usia muda.
Kemudian, selama masa remajanya, mereka mungkin didiagnosis menderita gangguan perilaku. Gangguan ini melibatkan pola pelanggaran hak-hak orang lain dan mengabaikan aturan-aturan dasar sosial yang terus-menerus.
Saat dewasa, orang dengan psikopati mungkin didiagnosis menderita gangguan kepribadian antisosial. Meskipun kondisinya saling tumpang tindih, gangguan antisosial dan psikopati merupakan kondisi yang berbeda.
Gangguan kepribadian antisosial adalah diagnosis berbasis kepribadian. Sedangkan psikopait lebih merupakan kondisi berbasis perilaku.
Tanda-tanda Psikopat pada Anak
Melansir laman Very Well Family, tanda-tanda awal psikopat pada anak pernah diungkapkan dalam sebuah studi tahun 2016 yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Michigan.
Penelitian ini menunjukkan tanda-tanda awal psikopat yang bisa dilihat pada anak-anak berusia 2-4 tahun.
Studi ini meminta pengasuh utama, orang tua lainnya, dan guru atau penyedia tempat penitipan anak untuk menilai perilaku tidak berperasaan dan tidak emosional (CU) antara usia 2 dan 4 tahun berdasarkan ciri atau tanda berikut:
1. Anak tidak tampak bersalah setelah melakukan kesalahan
2. Hukuman tidak mengubah perilaku anak
3. Anak egois/tidak mau berbagi
4. Anak berbohong
5. Anak melakukan hal licik dan di sisi lain mencoba mendekati orang terdekat (orang tua, pengasuh, dan lain-lain).
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mereka memantau anak-anak dengan gejala psikopati hingga usia 9 tahun.
Peneliti menemukan bahwa anak-anak yang paling banyak menunjukkan masalah perilaku saat balita atau anak prasekolah rupanya lebih cenderung menunjukkan masalah perilaku terkait psikopati di kemudian hari pada masa kanak-kanak.
Ciri-ciri psikopat pada seorang anak justru mirip dengan orang dewasa yang sudah didiagnosis menderita psikopat. Misalnya, anak mungkin melakukan tindakan menyakiti hewan atau mencoba membunuh hewan untuk memacu adrenalin dan kesenangan.
Fakta lain yang juga mengejutkan, remaja dan anak-anak yang lebih besar terkadang melakukan tindakan menyakiti dan membunuh hewan demi kepuasan seksual. Hal ini dapat terjadi pada gangguan psikopat/perilaku dan gangguan kepribadian antisosial.
Bagaimana Cara Diagnosis Psikopat?
Meski secara umum sifat-sifat dasar psikopat bisa muncul pada anak sejak dini, tapi tidak ada satu tes pun yang menunjukkan bahwa seorang anak mungkin menderita psikopati.
Sejauh ini, psikolog hanya memiliki beberapa tes untuk membantu mereka menilai dan mengukur gejala yang dialami anak.
Salah satu penilaian yang paling umum digunakan oleh psikolog adalah Youth Psychopathic Traits Inventory atau YPI. Instrumen ini merupakan instrumen self-report, dengan anak atau remaja diberikan tes dan diminta menjawab pertanyaan tentang dirinya.
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur ciri-ciri kepribadian, bukan perilaku. Adapun tes ini menilai gejala-gejala berikut:
1. Ketidakjujuran
2. Merasa besar (hebat, berkuasa, cerdas, dan memiliki status tinggi)
3. Berbohong
4. Manipulatif
5. Sifat tidak berperasaan
6. Tidak emosional
7. Tanpa belas kasihan
8. Impulsif
9. Mencari sensasi
10. Tidak bertanggung jawab
Bagaimana Cara Mengatasi Anak dengan Sifat Psikopat?
Selama ini, penderita psikopati sering dianggap tidak bisa disembuhkan. Namun, ada penelitian yang menunjukkan sisi lain di mana penderita bisa dirawat secara intensif.
Perawatan dilakukan dengan cara menyesuaikan gaya emosional, kognitif, dan motivasi unik yang ditemukan pada anak-anak dengan sifat psikopat tinggi. Dalam hal ini, anak-anak yang menunjukkan ciri-ciri psikopat memerlukan perawatan khusus.
Sebab, mereka cenderung tidak memberikan respons yang baik terhadap metode disiplin biasa. Perawatan khusus juga diperlukan karena mereka tampaknya tidak terpengaruh oleh konsekuensinya dan tidak peduli jika orang lain kecewa dengan pilihan mereka.
Untuk itu, jika melihat tanda-tanda yang membuat orang tua atau pengasuh bertanya-tanya apakah anak mungkin menderita psikopati, sebaiknya segera mencari bantuan profesional. Seorang dokter anak atau ahli kesehatan mental dapat membantu dalam menilai, mendiagnosis, dan merawat anak.
[Redaktur: Sandy]