Sementara
nenek dari nenek Soekemi memiliki kedudukan setingkat di bawah seorang putri
yang berjuang mendampingi Pangeran Diponegoro.
"Dengan
menunggang kuda, dia berjuang di belakangnya, sampai menemui ajalnya dalam Perang Besar Jawa yang berkobar
dari tahun 1825 sampai 1830," kata Soekarno.
Baca Juga:
Sikapi Berbagai Isu Miring, Kemenko Polhukam Panggil Pengelola PIK
Guru Bertemu Gadis Pura Hindu
Dalam
autobiografinya, Soekarno mengatakan, sang ibu menceritakan kepadanya bagaimana Soekemi muda
menaklukkan hatinya.
Baca Juga:
Jokowi dan Suara Parpol soal Amandemen UUD
Saat
masih muda, Soekemi yang bekerja sebagai guru sekolah rendah di Singaraja jatuh cinta
pada Idayu, gadis muda yang bertugas membersihkan pura Hindu Budha setiap pagi
dan petang.
Sebagai
guru, Soekemi kerap datang ke air mancur di muka pura untuk menikmati
ketenangan.
Suatu
hari, dia bertemu dengan Idayu dan kerap bertemu gadis itu setiap
datang ke pura.