Lebih lanjut Solis mengatakan bahwa LifeSource tidak pernah
melakukan penelitian apapun terhadap hewan tersebut.
Tetap saja kabar ini telah memicu kemarahan di kalangan
aktivis hewan. NASA dituduh menjadi dalang suntik mati hewan-hewan primata itu.
Baca Juga:
2 Astronaut Terdampar di ISS, NASA Pastikan Mereka Baru Pulang Tahun Depan
Ahli etika hewan Universitas New Mexico, John Gluck, mengatakan
bahwa kera bisa menderita deprivasi etologis dan frustrasi akibat kehidupan di
laboratorium. Ia berpendapat suntik mati adalah bentuk bahwa para kera itu
tidak dianggap layak untuk dilindungi.
"Apakah mereka
mencoba (melindunginya)? Pembunuhan mereka adalah perilaku asusila. Malu pada
mereka yang bertanggunng jawab," tegas Gluck.
Senada dengan Gluck, tim pejuang Freedom of Information Act
mengatakan, "Betapa tragisnya renuangan kehidupan ini. NASA memiliki banyak
kekuatan tetapi dalam praktik kesejahteraan hewan, mereka tidak berfungsi."
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
Berlawanan dengan AS yang enggan menggunakan kera sebagai
alat eksperimen
Pada tahun 2017, ada 74.000 kera digunakan dalam penelitian
dan eksperimen di AS. AS menahan diri untuk tidak menggunakan primata dalam
eksperimen selanjutnya karena menyebabkan kekurangan pengujian vaksin COVID-19
yang potensial.
"Jumlah kera yang digunakan dalam penelitian biomedis
AS mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun lalu, menurut data yang
dirilis pada akhir September oleh Departemen Pertanian AS (USDA)," kata
sebuah laporan di Majalah Science, yang terbit pada 2018.