Pola itu
dapat diterapkan pada semua frasa dengan kata perempuan, seperti perempuan aktivis
di atas
tadi, perempuan presiden, perempuan buruh, dan perempuan
penyanyi.
Adapun untuk
frasa pekerja laki-laki atau penyematan
jender laki-laki/pria pada frasa
nominal, hal itu jarang (bahkan mungkin belum) ditemukan.
Baca Juga:
Bahasa Indonesia sebagai Pilar Jati Diri Bangsa, Mendikdasmen Serukan Disiplin Kolektif
Barangkali
karena semua pekerjaan atau profesi identik dengan laki-laki,
sehingga kata laki-laki tidak perlu
dituliskan.
Untuk menjaga
konsistensi, frasa yang mengandung kata perempuan (pola perempuan + nomina) bisa diseragamkan penulisannya.
Berikut contohnya:
Baca Juga:
Palum, Kata dari Bahasa Batak Pakpak yang Kini Jadi Lawan Kata Haus dalam KBBI
1. Di sisi sebaliknya, hampir semua bergambar penari tradisional perempuan (menjadi Di
sisi sebaliknya, hampir semua bergambar perempuan penari tradisional).
2. Bendera Marsinah dikibarkan oleh puluhan buruh perempuan saat berunjuk
rasa (menjadi Bendera Marsinah dikibarkan oleh puluhan perempuan buruh saat berunjuk
rasa).
Kembali ke
pertanyaan di atas, apakah frasa pekerja perempuan dan pekerja laki-laki menjadi perempuan pekerja dan laki-laki pekerja seperti perempuan aktivis?