Budi Darma dengan apik memanfaatkan teori narasi dan
fokalisasi yang antara lain dibidani Gerard Genette.
Pencerita bocah ini bertindak sebagai fokalisator
internal (Rimmon-Kenan, 1994) yang serba tahu dan dapat melihat segalanya,
tetapi pemahamannya terbatas.
Baca Juga:
Operasi Seroja Timtim: Komandan Pasukan Gugur di Pelukan Prabowo
Gito tidak paham mengapa tukang cukur begitu haus
darah.
Namun, pembaca paham mengapa sering terjadi
pertumpahan darah.
Di tengah-tengah pandemi yang urung surut, cerpen Budi
Darma ini seakan mengingatkan betapa hinanya manusia yang tega mengorbankan
sesamanya hanya untuk menyelamatkan diri sendiri dan nafsu berkuasa.
Baca Juga:
Saat Teroris Noordin M Top Tewas di Solo
Tak Menggurui
Bahwa Budi Darma selama hidupnya menjadi guru yang
tidak pernah menggurui terbukti ketika penulis menerbitkan terjemahan bahasa
Inggris cerpen ini, "The Barber", yang terbit di laman Dalang Publishing, penerbitan
yang berpusat di San Mateo, California, Amerika Serikat.