Sikap ini juga bisa berdampak pada menurunnya angka ketidakhadiran, serta penurunan jumlah masalah kesehatan mental dan fisik, seperti kesedihan dan sakit kepala.
Lebih lanjut, seperti dilaporkan Greater Good Science Center, jika orang yang bekerja dengan kita menyimpan perasaan negatif dan tidak dapat memaafkan kita setelah terjadi suatu konflik, kurangnya kerja sama dan perilaku agresif pun bisa terjadi.
Baca Juga:
Kasus Perundungan Mahasiswi PPDS Undip, Penyidik Periksa Ahli Autopsi Psikologis
Di sisi lain, jika kita dapat bersikap baik dan mau memaafkan, memulihkan kepercayaan serta memperbaiki hubungan dengan rekan kerja dan atasan pun tentu tidak akan sulit.
Carilah hubungan yang sehat
Penelitian dalam jurnal American Journal of Health Promotion juga menyatakan, hubungan dekat, saling percaya, dan suportif antar rekan kerja dapat menghasilkan ikatan yang kuat dan penting bagi pola pikir orang-orang di tempat kerja.
Baca Juga:
8 Kepribadian Orang yang Memprivate Media Sosial dan Jarang Memposting
Sementara itu, sebuah studi lain yang dilakukan oleh IBM's Smarter Workforce Institute dan Workhuman Analytics & Research Institute menyebut, hubungan yang suportif antara rekan kerja akan membuat pengalaman kerja pun menjadi positif.
Dalam penelitian itu, ditemukan bahwa hubungan suportif tersbeut dapat membuat pengalaman kerja karyawan jauh lebih positif, yang semula 35-77 persen.
Jadi jika dilihat, keempat hal di atas terbukti menghilangkan mitos lama bahwa kebahagiaan dan emosi positif tidak penting di tempat kerja.