Diameter
awannya lebih kuat dengan warna langit.
"Contrail (jejak uap air) ini umurnya
sangat pendek biasanya dalam skala menit bisa hilang, bentuknya mirip awan cirrus," papar Daryono.
Baca Juga:
World Water Forum ke-10 Bahas Isu Utama Ketahanan Air
Daryono
menambahkan, dua dugaan itu muncul karena tayangan video viral di sosial media
yang tidak begitu jelas.
Fenomena Biasa
Baca Juga:
Dua Bibit Siklon Wara-wiri di Indonesia, BMKG Ungkap Dampaknya
Meski
demikian, ia memastikan, awan membentang yang disebut membelah langit itu
merupakan fenomena atmosferik biasa.
Bukan
pertanda akan terjadi gempa besar atau bencana lainnya.
Selama
ini, imbuh dia, memang sebagian masyarakat ada yang menduga, bahkan
percaya, keterkaitan antara bentuk awan lurus di langit dengan
pertanda akan terjadi gempa.