WAHANANEWS.CO, Medan – Aktivis lingkungan dan masyarakat adat dari Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM), Delima Silalahi, mendapati kiriman paket bangkai burung, diduga teror, Jumat (30/5) pagi.
Paket itu ditemukan pertama kali oleh Asisten Rumah Tangga (ART) Delima yang bekerja di rumahnya di Kecamatan Siborong-borong, Tapanuli Utara (Taput), Sumatra Utara (Sumut) sekitar pukul 08.15 WIB. Paket itu ditemukan di atas meja tamu teras rumah Delima.
Baca Juga:
Konflik Antara Masyarakat Adat dengan PT TPL, Ephorus HKBP: Hak-hak Rakyat Harus Dipulihkan
Bangkai burung itu dikemas dalam kardus dan kantong plastik. Di kardus itu tertulis tujuan paket atas nama Delima, Namun tidak diketahui siapa pengirim paket tersebut.
"Saat [ART] mau bersih-bersih, tiba-tiba dia lihat ada paket dibungkus plastik oranye di atas meja teras rumah. Lalu paket itu diserahkan ke saya. Saat dibuka ternyata isinya bangkai burung," kata Delima.
Bagi Delima, teror ini merupakan upaya pembungkaman terhadap gerakan masyarakat yang mendukung masyarakat adat. Selama ini, KSPPM dan beberapa organisasi lainnya memang cukup vokal dalam menyuarakan perjuangan masyarakat adat. Teranyar, KSPPM bersama organisasi masyarakat sipil juga berunjuk rasa pada Selasa (27/5) terkait dengan aktivitas PT Toba Pulp Lestari (TPL) Tbk.
Baca Juga:
Membanggakan! Aktivis Lingkungan Delima Silalahi Raih Penghargaan Goldman Environmental Prize 2023
Perempuan penerima Goldman Environmental Prize 2023 ini pun menduga, teror ini berkaitan dengan gerakan yang mereka himpun di kawasan Danau Toba.
"Kami menduga ini akibat ada orang yang tidak senang dengan aktivitas gerakan bersama yang dilakukan KSPPM dan teman-teman jaringan," kata Delima.
TPL bantah terlibat