Ia bisa membuka mata, mengangkat tangan dan mengerti apa
yang ditanyakan kepadanya. Bahkan bisa mengecek handpone sendiri.
"Tapi besok paginya menurun drastis dan akhirnya
meninggal di RS Biak pada hari Kamis malam (15/7). Anaknya masih selamat, dan
mudah-mudahan selamat karena itu pengikat mereka berdua kan," kata Juru
Bicara Satgas Covid-19 Wondama itu.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Kepergian Ayomi untuk selamanya membuat petugas medis di
RSUD Teluk Wondama juga masyarakat Wondama secara umum merasakan kehilangan
besar. Terlebih dia dikenal sebagai sosok yang periang dan murah hati.
Nydia juga dikenal sebagai pribadi yang jujur dan apa
adanya. "Beliau ini periang, jujur, apa adanya. Dia sangat baik dan selalu
menjaga perasaan orang lain," kata Kurniawan.
Dalam bertugas, dokter kelahiran 1991 itu pun dikenal
sebagai petugas yang aktif, disiplin dan berkinerja baik. Sebagai dokter muda,
Ayomi bahkan langsung dipercaya menjadi petugas jaga di UGD karena memiliki
kemampuan yang mumpuni.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Ia juga dipercaya mengemban jabatan sebagai Sekretaris
Komite Medik di RSUD Teluk Wondama. Selain sebagai dokter jaga di UGD, dia juga
aktif dalam kegiatan-kegiatan nonklinis dalam rangka peningkatan mutu layanan
RSUD Teluk Wondama.
Ia mengawali karir sebagai dokter honorer di RSUD Teluk
Wondama selama beberapa tahun. Anak pertama dari dua bersaudara ini kemudian
tembus tes CPNS pada 2019 dan diangkat menjadi dokter tetap.
Dia mendapatkan tugas sebagai dokter tetap di Puskesmas
Distrik Roswar, salah satu kecamatan terluar di Wondama. Namun karena
kemampuannya, dia kemudian ditarik ke RSUD untuk membantu pelayanan medis di
satu-satunya rumah sakit di Kabupaten Teluk Wondama itu.