Utomo mengaku bahwa kebanyakan petani
di desanya menjual gabah saat panen atau Gabah Kering Panen (GKP) dan sedikit sekali yang
menjual Gabah Kering Giling
(GKG).
"Hampir semuanya petani di sini
menjual gabahnya saat panen. Biasanya para pembeli datang langsung ke sawah,
jadi kita tidak usah mengantarkan ke rumahnya," kata Utomo.
Baca Juga:
Pj. Gubernur Adhy: Bentuk Kepastian Hukum Atas Kepemilikan Tanah
Terpisah, Kepala Desa (Kades) Kunci,
Kecamatan Dander, Marwik, yang dihubungi wartawan melalui sambungan telepon selulernya,
membenarkan bahwa harga gabah saat masa tanam kedua di tingkat petani saat ini
kembali anjlok, yaitu di kisaran Rp 3.400 hingga Rp 3.700 per kilogram.
"Iya betul. Harga gabah kembali
turun. Tidak mencapai 4.000 rupiah. Sekaran harganya antara 3.400 sampai 3.700
rupiah per kilogram," kata Marwik.
Kades menjelaskan bahwa pada masa
tanam kedua tahun ini, hampir 90 persen petani di desanya menanam padi, hanya
saja dari total lahan yang ada di desanya hanya 50 persen yang mendapatkan
aliran irigasi, sementara separuhnya lagi merupakan sawah tadah hujan.
Baca Juga:
Mantan Dirut Ditahan Kejati Jatim, PT INKA Hormati Proses Hukum
"Untuk masa tanam kedua ini para
petani di sini hampir semuanya tanam padi. Kalau masa tanam ketiga biasanya banyak yang ditanami kacang," kata Marwik.
Menurutnya, selain harga gabah yang
anjlok, sebagian petani di desanya, khususnya para petandi di lahan tadah
hujan, seperti di kawasan Genengan dan Oro-oro Ombo, juga banyak yang mengalami
gagal panen, karena tidak ada hujan.
Sementara, untuk sawah petani yang
mendapatkan saluran irigasi, ada juga yang mengalami gagal panen karena
diserang hama potong leher.