"Karena pengalaman, ada yang nikah dengan lelaki yang tidak jelas identitasnya. Ternyata si laki-lakinya itu pelaku tindak kriminal. Makanya saya ingin ada kejelasan identitasnya," tambahnya.
Beberapa hari setelah itu, lanjut dia, pemerintah desa mendapatkan kabar apabila pernikahan antara AD dan perempuan asal desanya sudah digelar dengan resepsi di rumah mempelai perempuan.
Baca Juga:
Pria di Lombok Batal Nikah, Calon Istri Ternyata Bukan Wanita
Setelah pernikahan, Abdullah menyebut muncul permasalahan di mana biaya resepsi tersebut ternyata merupakan hasil pinjaman ke salah seorang warga.
"Jadi si AD ini pinjam uang ke tetangga mempelai wanita. Terjadilah kegaduhan. Saya langsung tangani saat itu," kata dia.
Karena kejadian itu beberapa orang warga pun membawa AD ke kantor kecamatan untuk dicek identitasnya.
Baca Juga:
Pengadilan Hak Asasi Manusia di Strasbourg Tetapkan Tak Ada Hak untuk Pernikahan Sesama Jenis
"Kami penasaran siapa AD ini. Kalau di kecamatan kan sudah aksesnya secara online, jadi bisa ketahuan. Setelah dicek atau diidentifikasi, ternyata AD ini bukan laki-laki, tetapi perempuan asal Kalimantan. Dia memalsukan statusnya sebagai perempuan demi bisa menikahi kekasihnya yang merupakan warga Desa Pakuon," kata dia.
Abdullah menyebut semua pihak tertipu dengan penyamaran AD. Bahkan orang tua dan mempelai wanita tidak mengetahui jika AD ini merupakan perempuan.
"Jadi semuanya tertipu dengan penyamaran dia," tuturnya.