Sebagian besar hutan mangrove di kawasan itu sebelumnya perlahan sudah mengalami kerusakan yang parah. Beruntung, gagasan Abdul disambut baik warga sekitar, apalagi dengan hadirnya PTAR dalam dukungan besar.
"Tak hanya memberi bibit mangrove, perusahaan PTAR juga memberikan bantuan bibit kerang dan sudah ditabur di tempat ini," terang Abdul.
Baca Juga:
Debat Bupati Tapteng Kacau, Kiyedi dan Masinton Terlibat Adu Fisik di Atas Panggung
Menjadikan Desa Aek Garut yang berada di Kecamatan Pandan itu sebagai kawasan hutan mangrove, bagi abdul beralasan kuat. Kawasan dengan luas perairan mencapai puluhan hektar dinilai menjadi tempat yang strategis mencegah luapan air laut.
Tanaman yang dilindungi itu juga dinilai bisa menjadi rumah bagi spesies tumbuhan dan hewan khas. Kekayaan hayati di ekosistem mangrove dianggap menjadi tempat bagi jenis burung, ikan dan kepiting. Dan tidak itu saja, dapat juga dikembangkan sebagai objek pariwisata.
"Karena itu, mari kita sama-sama menjaga kelestarian mangrove untuk anak cucu kita. Mangrove memberikan sumber pencarian masyarakat lokal," katanya.
Baca Juga:
Lapas Sibolga Gelar Upacara Peringatan Hari Pahlawan: Teladani Nilai-Nilai Kepahlawanan
Tak bisa dipungkiri, keberadaan mangrove memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Apalagi jika dikelola dengan baik melalui edukasi secara berkala, tentu kelestarian mangrove akan terus terjaga.
Hal tersebut diakui seorang warga bermarga Hulu. Pria yang bekerja sebagai nelayan itu menyebut telah merasakan manfaat dari keberadaan mangrove. Jika naik pasang, ia bersama nelayan lainnya bersemangat membentangkan jala untuk menangkap ikan.
"Setelah adanya mangrove, hasil tangkapan nelayan semakin banyak. Sebab jumlah ikan bertambah setelah adanya mangrove," jelasnya.