Kondisi ini, menurutnya, membawa dampak serius terhadap perkembangan anak dan remaja.
Data Yudisia menunjukkan bahwa 20,9 persen anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran figur ayah dalam pengasuhan.
Baca Juga:
Anak Perempuan yang Sejak Kecil Suka Peluk Ayahnya: Potret Sukses dan Kekayaan Di Masa Dewasa
Sementara menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 37,17 persen anak usia 0–5 tahun yang diasuh oleh kedua orang tuanya secara bersama-sama.
Lebih lanjut, Survei Sosial Budaya dan Pendidikan (Susenas MSBP) 2024 mencatat bahwa 10,32 persen anak usia dini bahkan mengalami ketidakhadiran fisik ayah dalam kehidupan sehari-hari.
“Ketahanan keluarga tidak bisa hanya dibebankan pada ibu. Ayah juga harus hadir secara seimbang dalam pengasuhan,” ujarnya.
Baca Juga:
Bejat, Seorang Ayah di Padang Sidempuan Tega Cabuli Anak Kandung Sendiri
Nopian juga menambahkan bahwa keterlibatan ayah secara aktif terbukti berdampak positif pada kesehatan mental, perkembangan kognitif, serta rasa percaya diri anak.
“Anak membutuhkan ayah sebagai teladan. Kehadiran ayah yang seimbang dengan ibu akan membuat anak lebih percaya diri, memiliki karakter mandiri, bertanggung jawab dan siap menghadapi tantangan masa depan,” katanya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, Kemendukbangga telah meluncurkan Kelas GATlink dan layanan konsultasi berbasis daring (biling) yang memberikan edukasi dan pendampingan kepada para ayah maupun calon ayah, termasuk kalangan ASN, mengenai pentingnya peran mereka dalam mendampingi tumbuh kembang anak.