"Saat ini, dampak yang terjadi adalah bau
belerang yang menyengat," kata Alex.
Sementara itu, salah seorang pegawai Desa
Cipanas, Yayan Ahmad Sidik, mengatakan, selama ini belum ada pihak terkait yang
meneliti semburan lumpur.
Baca Juga:
BMKG Dorong Langkah Kolaboratif Atasi Perubahan Iklim di WWF 2024
Pihaknya hanya mengimbau warta sekitar untuk
tak bermain api di lokasi semburan.
"Penanganan belum ada. Selama ini paling
imbauan dari pemerintah kepada masyarakat," kata Yayan.
Sementara itu, kata Yayan, warga mulai mengeluhkan
bau menyengat belerang.
Baca Juga:
BMKG: Gelombang Rendah di Merak-Bakauheni Selama Lebaran 2024
"Bau (belerang) aja keluhannya. Kalau
setiap pagi warga itu merasakan bau belerang yang menyengat sekali," kata
Yayan.
Semburan lumpur ini muncul sekitar empat bulan
lalu.
Sebelumnya, semburan lumpur juga sempat muncul
di lokasi yang berbeda. Jaraknya sekitar 10 meter dari lokasi saat ini.