WahanaNews.co | Ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi korban investasi online yang akhirnya terjerat pinjaman online.
Polisi menyebut para mahasiswa IPB tersebut ikut investasi online karena tergiur iming-iming keuntungan 10 persen yang dijanjikan pelaku.
Baca Juga:
Orang Dekat Prabowo Ungkap Tak Bakal Naikin Pajak Demi Makanan Gratis
"Alasan ikut investasi, ya itu tadi, karena ada iming-iming bagi hasil 10 persen dari bisnis online," kata Wakapolresta Bogor Kota AKBP Ferdy Irawan, Selasa (15/11/2022).
Ferdy mengatakan transaksi investasi untuk bisnis online yang dilakukan korban dan pelaku sudah berjalan sejak Januari 2022.
Beberapa korban yang lebih dulu menanamkan investasi, disebut Ferdy, sempat mendapat keuntungan 10 persen seperti yang dijanjikan.
Baca Juga:
Sinergi Alumni IPB dan Stakeholder Dorong Inovasi untuk Pembangunan Kalimantan Barat
"Kejadian perkaranya ini periodenya mulai Januari sampai dengan Oktober sampai mereka melaporkan. Jadi di antara para korban ini ada juga yang sudah menerima sebagian dari pada hasil yang bagi hasil 10 persen yang dijanjikan. Tapi sebagian besar itu belum menerima," kata Ferdy.
Tawaran keuntungan investasi ini kemudian dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut di lingkungan mahasiswa IPB.
Hingga banyak mahasiswa yang tergiur iming-iming dan bergabung.
"Di awal-awal perjanjian memang ada sebagian korban yang sempat menerima hasil dari 10 persen itu, tapi setelah itu terhambat dan tidak ada lagi keuntungan" kata Ferdy.
"Informasi ini (mendapat keuntungan 10 persen) kemudian menyebar di kalangan mahasiswa dan banyak yang tergiur, iya iming-iming lah istilahnya, jadi banyak yang ikut bergabung," tambahnya.
Dari ratusan korban, kata Ferdy, tidak semua mengenal sosok pelaku.
Sebab, berdasarkan keterangan, banyak mahasiswa yang berkomunikasi dengan pelaku hanya melalui ponsel atau pesan WhatsApp.
"Jadi kalau kita baca keterangan dari beberapa korban, ada beberapa mahasiswa yang bertemu secara langsung kepada terlapor ini. Kemudian itu menyebar dari mulut ke mulut sehingga disambungkan langsung kepada terlapor," kata Ferdy.
"Mereka komunikasi ada yang ketemu secara langsung dan ada yang melalui chat WA, jadi tidak semua kenal dan bertatap muka dengan terlapor," kata Ferdy. [rgo]