WAHANANEWS.CO, Kupang - Sebuah insiden kekerasan yang melibatkan guru dan siswa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), belakangan ini jadi viral di media sosial.
Seorang guru olahraga di SMA Negeri 4 Kupang, Alfred Kause (43), mengalami luka serius setelah dianiaya oleh muridnya sendiri.
Baca Juga:
Makanan Bergizi Gratis Selama Ramadan, BGN: Anak Bisa Bawa Pulang
Kejadian tersebut berlangsung pada Kamis (13/3/2025) saat Alfred tengah mengajar di lapangan serbaguna sekolah.
Menurut keterangan Kepala Polsek Kota Lama, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Johny Makandolu, insiden bermula ketika seorang siswa berinisial YA mengganggu proses pembelajaran.
"Guru sempat menegur dan menasihati siswa tersebut agar tidak mengganggu, namun YA justru marah, berkata kasar, dan langsung menganiaya gurunya," ungkap Johny, melansir Tribunnews, Senin (17/3/2025).
Baca Juga:
Seru Banget! Guest Teacher Ajarkan Rekayasa Teknologi Daur Ulang di Kelas Ini
Akibat pemukulan itu, Alfred mengalami luka serius di bagian wajah, telinga, dan rahang. Tidak terima dengan tindakan tersebut, ia melaporkan YA ke Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Kota Lama, Kota Kupang.
Siswa Dikembalikan ke Orangtua
Pasca kejadian, pihak sekolah mengambil langkah tegas dengan mengeluarkan YA. Namun, belakangan sekolah mengklarifikasi bahwa keputusan tersebut bukan bentuk pemecatan, melainkan pengembalian siswa kepada orang tuanya.
"Jadi dia (YA) bukan dikeluarkan, tapi dikembalikan ke orangtuanya untuk mencari sekolah lain," jelas Pelaksana Tugas Kepala Sekolah SMAN 4 Kupang, Frans Balu Lowa.
Frans menambahkan, belum ada keputusan resmi terkait status YA di sekolah, karena masih menunggu hasil rapat dewan guru serta perkembangan proses hukum yang sedang berjalan.
"Minggu depan akan dilaksanakan rapat dewan guru untuk memutuskannya, karena keputusan tertinggi di sekolah adalah keputusan rapat dewan guru," kata Frans.
Menurutnya, pemulangan YA kepada orang tuanya menjadi bentuk pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang.
"Memukul guru adalah pelanggaran berat. Jika tidak dikembalikan kepada orangtua, bisa muncul kasus-kasus serupa di sekolah," ujar Frans.
Ia juga berharap, dengan pindah ke sekolah lain, YA bisa mendapatkan kesempatan untuk berkembang dan berprestasi.
"Sekolah lain mungkin bisa menjadi tempat yang lebih baik baginya," tambahnya.
Saat ini, kasus penganiayaan tersebut masih dalam proses penyelidikan oleh pihak kepolisian.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]