WEF juga menyebut desainer grafis dan sekretaris hukum sebagai peran yang kini berada dalam daftar pekerjaan yang menurun paling cepat, terutama karena kemampuan AI generatif dalam menyelesaikan tugas berbasis pengetahuan.
Namun, permintaan terhadap keterampilan yang berhubungan dengan AI justru meningkat.
Baca Juga:
Pengakuan CEO Klarna: AI Hemat Memang Biaya tapi Tak Dongkrak Produktivitas
Hampir 70 persen perusahaan berencana merekrut pekerja yang ahli dalam merancang alat AI, dan 62 persen lainnya akan mencari tenaga kerja yang mampu bekerja lebih baik bersama teknologi ini.
WEF menambahkan bahwa dampak utama AI generatif terletak pada potensinya untuk meningkatkan kemampuan manusia melalui kolaborasi manusia dan mesin, bukan sekadar menggantikan tenaga kerja secara langsung.
"Hal ini menyoroti pentingnya keterampilan berbasis manusia," kata WEF.
Baca Juga:
Bamsoet: Kepemimpinan Generasi Muda Menentukan Daya Tahan Indonesia di Era Disrupsi Teknologi dan Geopolitik
Meskipun demikian, fakta menunjukkan bahwa banyak pekerja telah kehilangan pekerjaan akibat AI.
Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan seperti Dropbox dan Duolingo mengakui bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) mereka disebabkan oleh adopsi AI.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.