WahanaNews.co, Jakarta - Calon presiden (capres) nomor urut 3 Anies Baswedan berjanji bakal mengurangi angka pengangguran dengan cara mendorong kinerja sektor agro maritim jika terpilih pada Pilpres 2024.
Hal itu ia sampaikan dalam acara Dialog Capres Bersama Kadin di Jakarta, Kamis (11/01/24). Anies mengatakan terminologi agro maritim relatif baru.
Baca Juga:
Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jakarta Sebesar 0,32 Persen
Pasalnya, selama ini pemerintah menyebutnya aquaculture dan agriculture saja.
"Karena itu kami istilahkan sebagai agro maritim, sektor ini yang harus didorong maju ke depan," ucap Anies.
Ia mengunci sektor yang masuk dari agro maritim seperti pertanian tradisional, peternakan, perkebunan, perikanan, hingga kehutanan. Dengan begitu, kata dia, produksi minyak sawit mentah (CPO), kopi, karet, ikan, dam produk olahan laut juga masuk dalam agro maritim.
Baca Juga:
Nilai Ekspor Aceh Hingga Triwulan III-2024 Capai 486,1 Juta Dolar AS
Ia menyebut potensi dari sektor itu sangat besar. Bahkan bisa mengurangi pengangguran 44 kali lebih banyak dibanding sektor pertambangan.
"Sektor ini mampu menurunkan tingkat pengangguran sangat signifikan, jika pertambangan tiap Rp1 triliun investasi menurunkan 1 persen pengangguran, kalau agro maritim 44 persen penurunannya," jelas Anies.
Ia menambahkan bahwa sektor tersebut juga memiliki peluang secara internasional. Oleh karena itu, peluang ekspor pun cukup besar.
"Dan secara internasional juga punya peluang cukup besar," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran di Indonesia mencapai 7,86 juta orang per Agustus 2023, dari total 147,71 juta angkatan kerja.
"Pada Agustus 2023 terdapat sebanyak 7,86 juta orang pengangguran atau setara dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 5,32 pesen," ucap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan jumlah pengangguran itu lebih rendah 0,54 persen dibanding Agustus 2022, yang mencapai 8,42 juta orang.
Meskipun terus menurun, jumlah dan tingkat pengangguran ini masih relatif lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi atau Agustus 2019, yakni 7,1 juta orang.
[Redaktur: Sandy]