1. Alat Lindung Nilai (Hedging)
Stablecoin berfungsi seperti “tempat parkir aman” ketika harga aset lain sedang jatuh. Trader atau investor bisa menukar kepemilikan Bitcoin atau Ethereum ke stablecoin untuk mengamankan nilainya. Dengan begitu, mereka tidak perlu keluar dari ekosistem blockchain tapi tetap terlindungi dari fluktuasi tajam.
2. Media Transaksi
Banyak orang menggunakan stablecoin untuk mengirim uang lintas negara. Biaya lebih murah, proses lebih cepat, dan tidak terpengaruh perbedaan kurs. Misalnya, mengirim 1.000 USDT ke luar negeri bisa selesai dalam hitungan menit, tanpa biaya besar seperti transfer bank internasional.
Baca Juga:
Pemerintah Matangkan Magang Nasional Bagi Lulusan Baru Perguruan Tinggi
3. Likuiditas di DeFi
Stablecoin adalah bahan bakar ekosistem keuangan terdesentralisasi. Mulai dari lending, staking, hingga liquidity pool, semuanya banyak memakai stablecoin sebagai dasar. Dengan stabilitas nilainya, risiko volatilitas dalam kontrak pintar jadi lebih terkendali, sehingga pengguna merasa lebih nyaman berpartisipasi.
Stablecoin vs Kripto Volatil
Perbedaan mendasar antara stablecoin dan aset kripto volatil ada pada tujuan penggunaannya. Bitcoin atau Ethereum sering dijadikan instrumen investasi atau spekulasi harga. Sebaliknya, stablecoin lebih berfungsi sebagai alat penyimpan nilai atau “parkir” sementara.
Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Paket Kebijakan Ekonomi untuk Percepat Program Pembangunan
Banyak analis menyebut stablecoin sebagai tulang punggung ekosistem kripto. Tanpa adanya token stabil, perdagangan antar aset digital akan jauh lebih rumit.
Bandingkan saja ketika harga BTC atau altcoin lain naik-turun ekstrem, stablecoin memberikan ketenangan karena nilainya relatif tidak berubah.
Kelebihan Stablecoin