WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gebrakan baru datang dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) yang akan merilis Obligasi Patriot atau Patriot Bond dengan target dana jumbo Rp 50 triliun untuk membiayai proyek pengelolaan sampah menjadi energi.
Instrumen surat utang ini menawarkan imbal hasil 2 persen dan dijadwalkan dieksekusi pada September 2025.
Baca Juga:
Dividen BUMN Masih Didominasi 8 Perusahaan, Kerugian Capai Rp50 Triliun per Tahun
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menjelaskan bahwa Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.
Ia menegaskan, prinsip dasar Patriot Bond adalah partisipasi sukarela dan tanggung jawab bersama.
“Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi pada agenda pembangunan lintas generasi, sekaligus memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Pandu dalam keterangan tertulis.
Baca Juga:
Prabowo Paparkan RAPBN 2026: Delapan Agenda Utama untuk Indonesia Mandiri dan Sejahtera
Menurut Pandu, melalui Patriot Bond negara mendapatkan sumber pendanaan jangka menengah hingga panjang yang stabil, sementara pelaku usaha memperoleh akses pada instrumen investasi aman sekaligus bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Pandu menambahkan, Danantara Indonesia berkomitmen menjalankan mandat pengelolaan investasi negara dengan penuh kehati-hatian, transparansi, dan tata kelola yang baik.
“Setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan,” ujarnya.
Dalam proposal Patriot Bond, Danantara menyebut instrumen ini bagian dari strategi besar “Indonesia Inc.” untuk memperkuat pembiayaan proyek strategis jangka panjang, mulai dari transisi energi, pengelolaan limbah, hingga penciptaan lapangan kerja di sektor bernilai tambah tinggi.
Patriot Bond dirancang dengan kupon di bawah tingkat pasar untuk menegaskan konsep mirip impact investing, di mana investor bersedia menukar sebagian potensi imbal hasil demi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih besar.
Dana yang dihimpun diproyeksikan mencapai puluhan triliun rupiah dan akan diarahkan guna menjawab tantangan struktural ekonomi Indonesia, mulai dari rendahnya proporsi tenaga kerja lulusan STEM, ancaman penuaan penduduk di 2045, hingga krisis sampah nasional yang berpotensi mencapai 82 juta ton per tahun.
Patriot Bond juga diproyeksikan menjadi salah satu kendaraan pembiayaan penting menuju visi Indonesia Emas 2045 dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta peningkatan kualitas lingkungan, termasuk pengurangan emisi metana melalui proyek waste-to-energy.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus menilai Patriot Bond memang ditujukan sebagai obligasi untuk membantu pembangunan negara, dengan penempatan dana pada sektor produktif.
Ia menyebut minat investor terhadap instrumen ini sangat bergantung pada skema dan imbal hasil yang ditawarkan.
“Di Indonesia, bunga selalu menjadi perhatian utama bagi masyarakat yang ingin berinvestasi, sehingga tujuan pendanaan pun mungkin bukan yang utama,” jelasnya.
Di Amerika Serikat, patriot bond dikenal sebagai obligasi tabungan yang tidak diperdagangkan di pasar sekunder.
“Ada kemungkinan konsepnya akan sama seperti ST atau SBR,” tambah Nico.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]