WahanaNews.co, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso buka suara soal rencana melepas kepemilikan atau divestasi saham BRI di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Ia menyebut rencana divestasi itu tidak mendesak, melainkan untuk optimalisasi portofolio bisnis.
"Nah kalau begitu mendesak nggak divestasi ini? Saya jawab tidak mendesak, karena ini hanya bagian optimalisasi portofolio, jadi tidak mendesak. Maka kemudian kita tetap fokus pada dua hal, value-nya harus optimal bahkan maksimal dan governance-nya harus terpenuhi," katanya dalam Nopi BUMN di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (26/10/23).
Baca Juga:
Realisasi Penyaluran KUR Sultra Capai Rp3,27 Triliun per Oktober 2024
Oleh karena itu ia menyebut tidak ada keterdesakan waktu atau keterpaksaan dalam divestasi. Sunarso menilai langkah divestasi ini bakal menguntungkan kedua belah pihak.
Harapannya BSI bisa mendapat mitra strategis yang memberikan nilai tambah. Sementara BRI bisa lebih mengembangkan perusahaan namu bukan ke arah industri bank syariah.
"Kalau kita divestasi, bagi BSI sendiri diupayakan dapat strategic partner yang membawa nilai tambah misalnya. Nggak sejenis seperti sekarang. Sekarang kan pemegang sahamnya ya sama, (bank) Himbara-Himbara juga. Kalau dapat strategic partner yang lebih bisa memberikan nilai tambah itu bagus buat BSI dan kita semua," bebernya.
Baca Juga:
Jejak Sejarah: 10 Perusahaan Tertua di Indonesia yang Lahir Sebelum Kemerdekaan
Sebagai informasi saat ini sudah ada Holding Ultra Mikro yang terdiri atas BRI, Pegadaian, dan PNM. Menurut Sunarso tipikal bisnis syariah pada dasarnya mirip dengan Pegadaian.
"Sekarang bagi BRI kenapa kok divestasi? Sbenarnya begini ya. Tipikal bisnis syariah itu sebenarnya mirip sama tipikal dan spirit bisnis badan. Dan kita sekarang sudah punya Pegadaian," jelasnya.
Adapun jumlah kepemilikan saham BRI di BSI sekitar 15%. Sunarso menyebut pihaknya menghormati dan mengikuti arahan dari pemerintah dalam mengambil aksi korporasi.