WahanaNews.co | Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan pelaku usaha wajib waspada di tengah kenaikan harga komoditas termasuk batu bara yang menurutunya dipengaruhi oleh faktor geopolitik.
"Saya katakan hubungan perperangan ekonomi sudah ada antara Indonesia, Cina, dan Australia. Sekarang pembelian batubara itu menguntungkan Indonesia karena Cina stop beli batubara dari Australia," ujar Presiden Direktur Indika Energy itu dalam sebuah webinar, Rabu, (6/10/2021).
Baca Juga:
Arsjad Rasjid Jadi Ketua Dewan Pertimbangan, Anindya Bakrie Pimpin Kadin 2024-2029
Namun demikian, proses geopolitik itu nantinya bisa saja berubah kembali. Misalnya, ketika Cina tiba-tiba kembali memberi batubara dari Australia. "Jadi kita harus waspada karena berbicara dari konteks geopolitik."
Di sisi lain, ia tak bisa memastikan bahwa tingginya harga komoditas ini bisa disebut bubble atau tidak. Namun, ia menyebut banyak pihak yang salah memproyeksikan permintaan energi, khususnya batu bara, di masa pandemi ini. Sehingga, hal tersebut menyebabkan harga melambung.
Pada prinsipnya, ia mengingatkan dunia usaha untuk tetap memanfaatkan kesempatan yang ada, tapi tetap waspada. Sebab, menurut Arsjad, kesempatan itu tidak datang dua kali.
Baca Juga:
Arsjad Rasjid dan Anindya Bersatu, Kadin Siap Gelar Munas Usai Pelantikan Presiden
"Jadi kita harus ada di sana tapi harus tetap waspada," kata dia.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2021 menembus angka US$ 161,63 per ton akibat dipengaruhi permintaan yang terus meningkat di Cina.
"Kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik, juga meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa seiring dengan tingginya harga gas alam," kata Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, (5/10/2021).
Agung menyebut peningkatan permintaan menjadi faktor kenaikan harga batu bara dunia ikut terimbas naik bulan Oktober ini. Akibatnya harga batu bara juga terimbas dari yang sebelumnya juga telah mencatatkan angka tertinggi dalam dekade terakhir sebesar US$ 150,03 per ton.
"Harga batu bara acuan naik lagi, naik US$ 11,6 per ton bulan ini dibandingkan sebelumnya," ujar Agung. [rin]