Pemicu lainnya, sanksi dari barat turut berdampak terhadap pengetatan suplai di Amerika Serikat. Dari sisi produksi, kata Bhima, kapasitas kilang telah menurun dibandingkan dengan pra pandemi.
Padahal permintaan BBM mulai naik karena dibukanya sekolah dan pusat perbelanjaan.
Baca Juga:
Realisasi Investasi di Nagan Raya Aceh Tahun 2023 Naik Rp3,7 Triliun
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menilai laju inflasi di negaranya sudah sangat tinggi. Menurutnya, inflasi Amerika pada Juni lalu yang mencapai level 9,1 persen itu sangat mengkhawatirkan.
Bank sentral Amerika atau The Fed pun mengumunkan kemungkinan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin pada akhir Juli 2022.
Situasi itu, kata Yellen, mendesak pemerintah Amerika Serikat saat ini untuk segara meredam lonjakan inflasi.
Baca Juga:
Polresta Bandung Ringkus Pelaku Penyalahgunaan BBM Subsidi Jenis Solar di Bojongsoang
Ia mendukung penuh upaya The Fed mengambil kebijakan yang dirasa perlu untuk menahan laju kenaikan harga barang dan jasa.
Mantan Gubernur The Fed itu juga mengungkapkan bakal mengambil langkah strategis, terutama soal penurunan harga energi dan cadangan minyak strategis.
Musababnya, hampir setengah dari kenaikan harga dalam angka inflasi terbaru yang dirilis tersebut berasal dari biaya energi yang tinggi. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.