WahanaNews.co | Personel Kepolisian Resor Jayawijaya, Provinsi Papua, mengusut kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite di tingkat pengecer yang tidak masuk akal, yakni Rp 50.000 per liter. Kondisi ini sudah berlangsung lebih dari satu pekan.
Kepala Polres Jayawijaya, AKBP Muh Safei mengatakan, polisi tidak segan menindak pengecer jika mendapati warga menjual dengan harga lebih dari Rp 18.000/liter.
Baca Juga:
Anggota Komisi VII DPR Dukung Pertamina Perluas Pendaftaran QR Code untuk Pertalite
"Saat ini anggota reserse sedang melakukan penyelidikan, bagi yang menaikan harga dari enceran yang sebenarnya yang Rp 18.000/liter ada yang menjual sampai Rp 50.000/liter, yakin dan percaya dia ditutup," katanyasaat di Wamena, Minggu (5/12). Dilansir Antara.
Rata-rata pengecer BBM yang menjual Pertalite dengan harga Rp 20.000, Rp 25.000, Rp 35.000, hingga Rp 50.000 per liter ini tidak memiliki izin.
"Yang eceran tidak punya izin, dari segi kemanusiaan bolehlah dia melakukan penjualan eceran sepanjang tidak merugikan orang banyak. Artinya dia mencari hidup, kemudian harganya tidak terlalu jauh dari standar yang ada di APMS," katanya.
Baca Juga:
Ternyata Harga Asli BBM Pertalite Bukan Rp10.000 per Liter
Sebelumnya Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua, mengakui BBM di tingkat pengecer masih ada namun disembunyikan karena pemilik tidak mau mengikuti harga yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp15.000 per liter untuk Pertalite.
"Semua pengecer BBM subsidi ini menyimpan BBM mereka untuk bisa menaikkan harga BBM di Wamena karena tidak mau mengikuti aturan pemerintah," katanya
Warga Jayawijaya, Deni Alvin Tonjauw, mengakui mendapati Pertalite dijual dengan harga Rp 50.000 per liter. "Saya beli di depan Pasar Potikelek itu dua liter Rp 100.000," katanya.
Berdasarkan pantauan ANTARA, pengecer pertalite di pusat kota tiba-tiba sepi tidak terlihat setelah mendengar pemerintah mengharuskan mereka menjual dengan harga Rp 15.000 per liter.
Sebelum ada kebijakan pemerintah tentang harga pengecer ini, jumlah pengecer mencapai 2.000 lebih dan sangat mudah ditemui di sepanjang jalan di pusat ibu kota kabupaten.
Hingga Minggu, (5/12) warga Jayawijaya masih kesulitan mendapatkan Pertalite sebab pengecer masih menyembunyikan jualan mereka. [dhn]