WahanaNews.co | Hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang merupakan wujud Komitmen Pertamina untuk perkuat infrastruktur gas. Teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323 persen sebesar 603 M3 per hari.
LPG Booster System ini telah beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan. Rencananya dalam bulan Desember ini akan dua kali pengapalan. Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027.
Baca Juga:
Harga BBM Non Subsidi Serentak Turun di Seluruh SPBU
“Dengan penemuan teknologi ini, dengan inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Yang ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar Nicke Widyawati, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) dalam acara peluncuran LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, 6 Desember 2022.
Pertamina memiliki potensi yang bisa dikembangkan, inilah yang dilanjutkan PT Badak ke depan. "Kita yakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk di hulu" kata Nicke
Lebih lanjut Nicke menguraikan, dunia menghadapi ancaman perubahan iklim yang membahayakan generasi mendatang karena penggunaan energi berkontribusi hingga 55,5 persen terhadap gas rumah kaca. Di tengah terjadinya perubahan iklim global, gas merupakan sebagai energi transisi penting bagi masa depan.
Baca Juga:
Pertamina Cek Lapangan di Ambon, Pastikan BBM Aman Jelang Puncak Arus Balik
Menurutnya, sebagian besar negara masih menggunakan energi fosil, termasuk Indonesia. Menyadari hal tersebut, semua negara bersepakat melakukan perubahan, dari penggunaan energi fosil ke EBT. Tapi hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena konsumsi energi terus meningkatnya tajam.
“Efisiensi atau mengurangi penggunaan energi secara cermat dan hemat ini bisa memberikan kontribusi pada penurunan karbon emisi,” kata Nicke.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Wiko Migantoro menjelaskan sebagai subholding yang bergerak di sektor hulu, PHE memiliki sumber gas yang diperkirakan pada 2028 menjadi oil. Bahkan beberapa potensi masih akan dilakukan monetize,mengingat di Kalimantan Tengah terdapat banyak Kanai dan IDD. Di Wilayah Kerja Mahakam, juga telah ada blok eksplorasi yang diharapkan pada 2031 sudah menghasilkan produksi.