Hal ini untuk memastikan agar pasokan tembakau diserap dari petani tembakau lokal dengan harga yang wajar, sekaligus memotong mata rantai yang panjang dalam perdagangan tembakau.
“Misi kami datang kemari adalah membawa teman-teman petani tembakau dari Wonosobo dan
Temanggung untuk mendengar aspirasi mereka. Para petani ini mengeluhkan harga, terkait dengan
tengkulak dan semacamnya. Oleh karena itu, kami pertemukan para petani tembakau dengan industri
hasil tembakau agar didapatkan solusi bersama. Jika ada kekurangan, para petani juga minta dibina,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.
Baca Juga:
Mendag Busan Lepas Ekspor Perdana Kratom USD 1 Juta di Cikarang
Salah satu keluhan petani adalah sisi permodalan. Ketiadaan permodalan yang memadai memaksa para petani tembakau untuk menggantungkan diri dari pinjaman rentenir.
“Petani itu juga ternyata sebagian besar memakai uang rentenir yang bunganya 10 persen per bulan. Bayangkan, berapa untungnya? Kapan untungnya? Hal itu nanti kita bantu. Daripada tengkulak, lebih baik ke bank. Bank BRI ada pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR), bunganya hanya setengah persen sebulan atau enam
persen setahun,” kata Mendag.
Industri tembakau nasional memiliki permasalahan mata rantai yang cukup panjang. Untuk menyesuaikan permintaan produsen, penilaian tembakau petani biasanya dilakukan oleh para intermediate trader seperti pengepul, kordinator petani, grader, maupun vendor.
Baca Juga:
Jaga Kepercayaan Konsumen, 36 Pedagang Kantin Kemendag Dapat Sertifikat Halal
Mendag berharap agar industri hasil tembakau dapat mengutamakan pasokan tembakau dalam negeri. Hal ini penting untuk mempertahankan ekosistem industri tembakau yang sifatnya padat karya. Menurutnya, industri hasil tembakau dapat terus menyerap tenaga kerja di dalam negeri.
“Kata kuncinya adalah kerja sama. Harus ada kerja sama yang baik antara petani dan industri. Jika ada masalah, cari jalan keluarnya bersama-sama. Itulah gunanya pemerintah, mempertemukan berbagai pihak untuk berembuk. Sehingga jika produksi bagus, harga juga akan bagus,” pungkas Mendag. [jp/jup]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.