"Dampak penurunan harga tiket terhadap peningkatan jumlah penumpang mungkin baru terlihat satu minggu lagi. Orang Indonesia biasanya beli tiket di akhir-akhir keberangkatan, sama seperti beli tiket bola. Begitu tiket habis, baru marah," ujar Erick.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 280 juta, Erick menyadari bahwa kapasitas bandara tidak akan cukup jika tidak ada perencanaan yang sistematis.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Sinergi dan Kolaborasi Jaga Stabilitas Ekonomi serta Transformasi Nasional
Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah sedang menyusun roadmap lima tahun untuk mengantisipasi lonjakan penumpang di masa liburan seperti Nataru dan Lebaran.
"Pemerintah ingin semuanya terencana. Tidak bisa lagi sifatnya musiman atau kagetan. Kita sedang membuat rencana lima tahun ke depan, bagaimana situasi Lebaran dan Nataru bisa lebih tertata," jelas Erick.
Menteri BUMN itu menambahkan bahwa upaya tersebut melibatkan kerja sama lintas kementerian dan sektor swasta.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Naikkan Pangkat Agus Andrianto Jadi Jenderal Kehormatan
"Pak Menko (Menteri Koordinator bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Agus Harimurti Yudhoyono) setuju, Pak Menteri Perhubungan (Dudy Purwagandhi) setuju, Ibu Menteri Pariwisata (Widiyanti Putri Wardhana) setuju. Tidak hanya BUMN, tetapi sektor swasta juga harus terlibat. Semua ini harus dilakukan bersama-sama," tegas Erick.
Dengan langkah-langkah ini, Erick berharap peningkatan layanan dan penurunan harga tiket dapat mendukung kenyamanan masyarakat selama periode liburan akhir tahun, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan pariwisata Indonesia.
Erick mengimbau masyarakat perlu mulai merencanakan perjalanan jauh-jauh hari, seperti yang lazim dilakukan di negara lain.