"Sebelumnya, kami hanya cukup bisa makan di lingkungan kami. Sekarang setelah didampingi PLN IP, kami bisa menabung dan menyekolahkan anak kami ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, bahkan dari anak-anak nelayan banyak yang sudah sarjana," lanjut Kona.
Menganggapi hal tersebut, Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Sudharto P. Hadi memandang kegiatan yang dilakukan oleh PLN IP di lingkungan pembangkit di Bali merupakan suatu inovasi yang memberikan manfaat yang cukup beragam.
Baca Juga:
Maraknya Penyalahgunaan Arus untuk 'Strum' Manusia, ALPERKLINAS Desak PLN Perketat Pengawasan
"Jadi apa yang dilakukan oleh PLN IP ini merupakan suatu bentuk inovasi yang memberikan kontribusi bukan hanya aspek lingkungan," ujar Sudharto.
Sudharto menjelaskan, mangrove memiliki fungsi beragam bagi lingkungan, mulai dari penangkal gelombang, pencegah abrasi, hingga menahan naiknya permukaan air laut. Sementara dari sisi ekonomi, mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan serta menjadi mata pencaharian baru untuk masyarakat.
"Dari sisi ekonomi meningkatkan penghasilan, menciptakan mata pencaharian baru. Kemudian ketika mata pencaharian mereka baik, maka otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan yang lainnya," imbuh Sudharto.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Soroti Ancaman 'Power Wheeling' dalam RUU EBET Prolegnas 2025
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan bahwa penanaman mangrove termasuk dalam program pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat yang kontinyu dijalankan oleh PLN.
Hal ini merupakan salah satu inisiatif dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang selaras dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SGD’s).
“Tentunya kegiatan pengembangan mangrove sekitar pembangkit di wilayah Pesisir Denpasar Bali sebagai komitmen PLN yang tidak hanya memberikan pelayanan melalui listrik andal, tetapi hadir untuk melestarikan lingkungan dan menyejahterakan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar Darmawan.