Berdasarkan persetujuan POD oleh Kementerian ESDM, pengembangan blok Abadi Masela dilakukan secara onshore (darat).
Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan banyak aspek. Selain investasi yang lebih efisien, pengembangan secara onshore akan mendorong pembangunan kawasan industri baru di sekitar area lapangan Masela.
Baca Juga:
Kanwil DJPb Sulteng: Kinerja APBN hingga Oktober 2024 Alami Pertumbuhan Positif
Seperti bisnis petrochemical yang berpotensi memberikan nilai tambah ekonomi lebih besar bagi kepentingan ekonomi nasional, termasuk lapangan kerja untuk masyarakat di daerah sekitar.
Mengacu pada informasi tahun 2020, biaya investasi di blok Masela secara onshore membutuhkan biaya investasi sekitar US$ 17,3 miliar – US$ 19,9 miliar.
Dana itu mampu untuk membiayai produksi LNG sebanyak 9,5 Milion Ton Per Annum (MTPA) plus produksi gas pipa sebanyak 150 MMSCFD. Produksi gas pipa tersebut direncanakan untuk memasok kebutuhan pabrik Petrochemical di sekitar area lapangan Blok Masela.
Baca Juga:
Realisasi Anggaran Pendidikan Hingga Oktober 2024 Capai Rp463,1 Triliun
Jika proyek Masela dikembangkan secara offshore (laut), pembiayaannya diperkirakan menghabiskan dana hingga US$ 28,8 miliar. Investasi itu hanya untuk memproduksi LNG dengan kapasitas sebanyak 9,5 MTPA.
Sebagai perbandingan, proyek gas alam offshore juga dikembangkan oleh Shell, pemilik PI di blok Masela selain Inpex, pada proyek mereka di Australia yaitu Shell Floating Prelude LNG.
Seperti dikutip dari www.boilingcold.com.au/after-prelude-few-win-from-shells-floating-lng, di tahun 2020 proyek itu telah menghabiskan investasi atau capital expenditure (capex) senilai US$ 17 miliar.