WahanaNews.co, Jakarta - Rupiah pada awal perdagangan Rabu naik seiring investor menunggu kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.606 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.621 per dolar AS.
Baca Juga:
3 Faktor Ini Bikin Rupiah Loyo ke Level Rp15.500, Dolar AS Terus Menguat
"Investor cenderung 'wait and see' menantikan hasil pertemuan FOMC malam ini," kata analis DCFX Futures Lukman Leong dilansir Antara di Jakarta, Rabu (13/12/23).
Lukman menuturkan walau hampir pasti Bank Sentral AS atau The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga, namun investor mengantisipasi peluang Ketua The Fed Jerome Powell akan bernada hawkish menyusul data ekonomi yang lebih kuat belakangan ini seperti Non-Farm Payrolls (NFP).
Data tenaga kerja Non-Farm Payrolls AS pada November 2023 naik menjadi 199 ribu dari sebelumnya 150 ribu, dan tercatat lebih tinggi dari perkiraan sebesar 185 ribu.
Baca Juga:
Dolar AS Terus Menguat, Rupiah Tertekan ke Level Rp15.500
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran pada November 2023 meningkat, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) November sebesar 209,4 atau tumbuh 2,9 persen secara year on year (yoy).
"Peningkatan kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya, subkelompok sandang, serta kelompok makanan, minuman dan tembakau," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono di Jakarta, Senin.
Secara bulanan, penjualan eceran diperkirakan tumbuh 0,9 persen month to month (mtm) didorong oleh peningkatan kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya serta kelompok suku cadang dan aksesori.
Di sisi lain, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Wahyu Agung Nugroho mengatakan stabilitas sistem keuangan di Indonesia masih tetap terjaga didukung oleh likuiditas perbankan yang memadai.
"Alat likuidnya juga sangat kuat karena Bank Indonesia sendiri punya intensi untuk menjaga likuiditas di perbankan itu ample (memadai) sehingga mereka bisa melakukan ekspansi yang kreditnya," ujarnya.
Pada Oktober 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yakni sebesar 26,36 persen. Kemudian, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat pada level yang tinggi sebesar 27,33 persen pada September 2023.
[Redaktur: Sandy]