"Saat ini, ekspor Indonesia ke Malaysia berbasis elektronik mencapai 40%, dan Indonesia harus menarik kembali. Industri semikonduktor Indonesia saat ini hanya berfokus pada tahap akhir, yaitu pengujian dan perakitan," tambahnya.
Selain itu, untuk mendukung pengembangan industri semikonduktor, diperlukan banyak insinyur di bidang mikroelektronik.
Baca Juga:
Kapolri Dapat Gelar Panglima Gagah Pasukan Polis dari Kerajaan Malaysia
"Karena pembuatan semikonduktor melibatkan desain chip. Secara sederhana, ini berarti membuat sirkuit listrik yang sangat kecil," jelasnya, melansir CNBC Indonesia, Senin (27/5/2024).
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada tahun 1973.
Industri komponen chip semikonduktor yang merupakan investasi dua perusahaan multinasional Amerika Serikat yaitu Fairchild Semiconductors dan National Semiconductors.
Baca Juga:
Pelaku Penyandera Bocah di Pospol Pejaten Mau Uang Tebusan dan Seorang Resedivis TPPO
sejak tahun 1980-an terjadi perubahan model bisnis di industri semikonduktor. Pada awalnya semua dikerjakan oleh satu perusahaan dari hulu ke hilir atau vertical integration yang disebut Integrated Device Manufacturer (IDM).
Namun model bisnis telah terpecah-pecah menjadi Fabless (Chip Design), Foundry (Chip Fabrication), IDM (Chip Design & Fabrication), dan OSAT (Assembly & Test). Hal tersebut menimbulkan gairah ekonomi baru dengan bermunculan banyak perusahaan-perusahaan start up semikonduktor di seluruh dunia.
Namun, karena masalah ketenagakerjaan, investor pabrik semikonduktor memilih pindah ke Malaysia pada 1985.