Adhi melanjutkan bahwa dengan memanfatkan panas buang pembangkit akan dapat meningkatkan efisiensi, karena panas yang terbuang bisa mencemari lingkungan.
Maka panas buang tersebut bisa diolah dengan chiller untuk menghasilkan udara dingin.
Baca Juga:
COP29, PLN Dorong Kolaborasi Global Perkuat Energi Hijau di Tanah Air
"Misalnya gas engine dari sebuah pabrik. Gas engine itu menghasilkan listrik mandiri, selain PLN. Dari situ pasti ada gas buangnya yang lebih dari 300 derajat. Itu bisa digunakan untuk energi chiller. Maka bisa disebut juga dengan absorption chiller atau menyerap panas dari sebuah pembangkit," jelas Adhi.
Chiller atau alat pendingin ruangan berbahan bakar gas bumi yang dikembangkan Subholding Gas Pertamina, PT Permata Karya Jasa. (Arsip PGN).
Selain itu, hot water (90. d.d 180 °C) dan steam (0 s.d 10 Bar) dari sebuah pabrik juga dapat digunakan sebagai energi chiller.
Baca Juga:
Gandeng Sederet Startup Terkemuka, PLN Proyeksikan Bangun Ekosistem Energi Hijau
Dari beberapa sumber energi tersebut (multi energy) dapat menghasilkan multi output yaitu cooling (pendingin), heating (pemanas), dan hot water.
"Dari satu alat kita bisa menghasilkan tiga output, cooling, heating, dan hot water. Khusus heating tidak dihidupkan di Indonesia, karena khusus untuk negara empat musim," ujarnya.
"Hot water biasanya digunakan dengan simultan ketika di hotel. Satu alat (chiller) bisa menghasilkan udara dingin untuk ruangan dan hot water untuk shower. Jadi tidak perlu lagi pakai boiler lagi," tambah Adhi.